deflasi Sumatera Barat pada Maret 2020 terutama berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Padang, (ANTARA) - Provinsi Sumatera Barat mengalami deflasi sebesar 0,01 persen pada Maret 2020 di tengah merebaknya wabah Corona Virus Disease (COVID-19).

"Indeks harga konsumen di Sumbar pada Maret 2020 ini berada di bawah realisasi inflasi nasional yang mencapai 0,10 persen, namun lebih tinggi dibandingkan realisasi kawasan Sumatera yang mengalami deflasi sebesar 0,15 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Padang, Kamis.

Ia memaparkan deflasi Sumatera Barat pada Maret 2020 terutama berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Baca juga: BPS sebut penurunan harga tiket pesawat dorong deflasi di Kota Malang

Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,16 persen didorong oleh penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan dikarenakan mulai masuknya masa panen sehingga pasokan melimpah.

Komoditas penyumbang deflasi pada kelompok ini antara lain cabai merah, bawang putih dan ayam hidup dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,19 persen, 0,03 persen dan 0,02 persen, kata dia.

Sementara itu, beberapa komoditas menjadi penyumbang inflasi di Sumbar pada Maret yaitu gula pasir, ikan cakalang/ ikan sisik dan cabai hijau.

Kenaikan harga gula pasir disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari Lampung dan masih terkendalanya pasokan impor, ujarnya.

Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi yaitu kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,12 persen.

Inflasi pada kelompok transportasi disumbang oleh inflasi angkutan udara dengan andil sebesar 0,02 persen disebabkan oleh sudah mulainya arus mudik karena adanya wabah virus COVID-19 dan kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan 1441 H.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, sekaligus merespon perkembangan wabah virus corona yang berdampak terhadap perekonomian global maupun nasional, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar melakukan sejumlah upaya.

Pertama telah dilakukan penyaluran bahan pangan murah oleh Toko Tani Indonesia Center Sumatera Barat yang dilakukan melalui media pemasaran online dalam rangka menjaga kestabilan harga pangan di tengah risiko kenaikan harga akibat penyebaran wabah virus corona.

Baca juga: BI: Sumatera Barat mengalami deflasi dalam empat bulan terakhir

Kemudian pemantauan ketersediaan pasokan bahan pangan oleh Gubernur Sumatera Barat bersama dengan Asisten Perekonomian, Kepala Dinas Pangan dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan , Kepala Biro AP2BMD dan didampingi Kepala Bulog terutama bagi kebutuhan pokok seperti beras, tepung dan minyak goreng.

Berikutnya pemenuhan kebutuhan telur dan daging ayam ras menjelang Ramadhan dilakukan dengan pemberian imbauan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat kepada peternak/ produsen untuk meningkatkan kapasitas kandang sebesar 30 persen.

Pada sisi lain Bulog terus melakukan upaya pengendalian harga beras melalui operasi pasar yang rutin dilakukan kepada pedagang serta pengadaan impor gula pasir yang saat ini pasokannya kosong.
 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020