Tidak banyak yang mengetahui jejak Antasari Azhar pada masa kecilnya di tanah kelahiran, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, karena sejak kecil hidup merantau mengikuti orang tuanya sebagai pegawai perpajakan.

Mayoritas masyarakat Babel, hanya tahu bahwa Ketua KPK nonaktif itu berasal dari Pangkalpinang.

Ketika Antasari ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen, masyarakat Babel pun tersentak kaget dan ingin tahu bagaimana latar belakang atau masa kecil Antasari di Pangkalpinang.

Seorang sahabat Antasari pada masa kecil, Al Qodri di Pangkalpinang, Senin (4/5) malam, mengatakan, hampir tidak percaya kasus yang menimpa teman akrab masa kecilnya itu.

"Antasari orangnya baik dan cerdas, pada waktu kecil saya sering main ke rumahnya di Jalan Linggar Jati, Kecamatan Taman Sari Kota Pangkalpinang. Orangtuanya juga baik dan ramah, suka menolong tetangga," ujarnya.

Ia melanjutkan, tidak tahu persis tahun berapa dirinya menikmati masa kecil dengan Antasari yang dikenal dengan "macan korupsi" itu. Namun yang pasti, katanya, Antasari pernah bersekolah di SD 3 Pangkalpinang.

"Hanya sekitar satu tahun saya bergaul dengan Antasari pada masa kecil atau sekitar umur delapan tahun dan kemudian dia pindah ke Belitung mengikuti orangtuanya yang berprofesi sebagai pegawai perpajakan," ujarnya.

Menurut dia, ada jejak masa kecil dengan Antasari yang masih berkesan hingga sekarang yaitu berfoto bersama di depan rumahnya dan setelah itu Antasari pindah ke Belitung.

"Pada 2008, saya sempat bertemu dengan Antasari setelah berpisah selama puluhan tahun. Dia (Antasari) pada saat sosialisasi KPK menyempatkan diri datang ke acara pernikahan anak saya," ujarnya.

Pada pertemuan itu, kata dia, Antasari sempat merangkul dirinya dan bercerita tentang masa kecil dulu. Pertemuan itu hanya terjadi beberapa jam dan kemudian Antasari pergi setelah meninggalkan kartu nama dan nomor telepon seluler.

"Ini kartu nama saya dan nomor telepon seluler, silahkan kontak saya kapan saja," ujar Qodri meniru ucapan Antasari pada saat memberikan kartu namanya.

Menurut dia, tahun kelahiran Antasari sama dengan dirinya yaitu tahun 1953 dan menamatkan pendidikan dasar tahun 1965.

"Antasari berasal dari keluarga kaya jika dilihat dari rumahnya yang bagus dan penampilannya yang selalu rapi, tidak seperti anak-anak yang lainnya. Namun demikian, Antasari tidak sombong demikian juga dengan orangtuanya suka menolong," ceritanya.

Qodri mengaku terkejut mendengar dan melihat sahabatnya itu (Antasari) yang diduga terlibat kasus penembakan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen.

"Kendati sudah berpisah selama empat puluh tahun lebih, namun masa-masa kecil bersama Antasari masih berbekas dalam ingatan saya karena Antasari dan keluarganya sangat dekat dengan diri saya," ujarnya.

Sementara itu, pantauan ANTARA News, Senin sore di Jalan Linggar Jati, Kecamatan Taman Sari Kota Pangkalpinang, rumah kelahiran Antasari menjadi perhatian sejumlah warga setempat.

Rumah yang berarsitektur era-60-an itu masih utuh yang dibeli oleh kedua orang tua Antasari (Azhar dan Asna) dari PT Timah.

"Di sini lah Antasari lahir, sekarang rumah ini sudah dijual kepada orang lain senilai Rp40 juta. Saya kurang tahu persis kapan dijualnya," ujar Kama (70), seorang tetangga Antasari yang hingga sekarang masih tinggal di Jalan Linggar Jati tersebut.

Menurut Asna, masa kecil Antasari adalah sosok yang baik, pendiam, santun dan cerdas. Orangtuanya juga ramah dan sering membantu tetangga apabila mengalami kesulitan.

"Sekitar tahun 60-an, keluarga Antasari pindah ke Belitung karena pindah tugas sebagai pengawai perpajakan. Setelah itu saya tidak tahu lagi jejak keluarga Antasari yang tiba-tiba namanya kesohor di tingkat nasional sebagai Ketua KPK," ujarnya.

Sementara itu, seorang pengacara terkenal di Babel, Darmo Sutomo, anggota Lawyers Club mengaku mengenal baik sosok Antasari Ashar.

Menurut dia, Antasari Azhar tidak mungkin melakukan kasus pembunuhan berencana karena Antasari memiliki kepribadian tegas, disiplin, tawakal dan menjunjung tinggi penegakan hukum.

"Saya sangat mengenal kepribadian Antasari dari sekolah dasar (SD) di Belitung dan terakhir di KNPI Sumatera Selatan (Sumsel), saat itu beliau menjabat sebagai wakil ketua KNPI Sumsel, beliau memiliki kepribadian tegas dan disiplin," ujarnya.

Ia mengatakan, Antasari aktif di berorganisasi sehingga mampu menghantarkan dirinya dalam mencapai karir sebagai Ketua KPK.

"Bagi saya sosok Antasari tetap seperti dulu, seperti pernah dikenalnya pada masa kecil dan ketika aktif di KNPI Sumsel. Tidak masuk akal Antasari melakukan perbuatan merencanakan pembunuhan gara-gara perempuan," ujarnya.

Ia menyatakan, para pengacara Bangka Belitung (Babel) siap menggalang kekuatan untuk membela Antasari Ashar, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif.

"Pengacara se-Babel siap diminta kapan pun untuk bergabung dengan tim pengacara Antasari untuk membela dan mengungkap kebenaran kasus yang menimpa salah seorang putra terbaik Bangka Belitung itu," ujarnya.

Ketua Babel Lawyers Club, M.Adystia Sungga, menyatakan, Babel Lawyers Club merupakan suatu perkumpulan pengacara Bangka Belitung menyatakan bentuk sikap solidaritas terhadap Antasari kelahiran Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, 18 Maret 1953.

Menurut dia, persoalan yang menimpa Antasari merupakan kasus yang sudah direncanakan pihak-pihak tertentu untuk merusak citra KPK dan keberhasilan pemerintah mengungkap dan memberantas korupsi yang dimotori unsur politik.

"Masyarakat Babel ikut prihatin kasus yang menimpa beliau dan keluarga dan sekali lagi, kami siap membela Antasari setiap saat diperlukan," ujarnya. (*)

Oleh Oleh Ahmadi
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009