Perampingan klaster sangat penting bagi BUMN dalam menghadapi persaingan global
Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pihaknya masih memproses pemangkasan jumlah klaster  BUMN agar sesuai dengan rantai pasokan atau bisnisnya.

"Kementerian BUMN punya 27 klaster, kita akan coba sesuaikan dengan supply chain, juga business chain. Kita akan coba efisiensi sampai menjadi 14 klaster, ini dalam proses. Kita cut 50 persen klasternya," ujarnya melalui konferensi video di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Erick Thohir tugasi enam BUMN bentuk kluster industri manufaktur

Nantinya, lanjut dia, masing-masing wakil menteri (wamen) bakal membawahi tujuh sampai delapan klaster BUMN.

"Tentu masing-masing perusahaan nanti tergantung hasil diskusi, review direksi dengan konsultan pendampingnya. Mana yang bisa diefisiensikan," katanya.

Erick menilai perampingan klaster sangat penting bagi BUMN dalam menghadapi persaingan global.

Ia meyakini persaingan akan semakin berat setelah pandemi COVID-19.

Selain memangkas jumlah klaster, Erick juga akan memperkuat subholding BUMN yang akan berfokus pada kesamaan bisnis inti masing-masing BUMN.

"Kami sekarang bangun subholding, subholding  ini tidak ada hubungan dengan klaster, karena jumlah subholding lebih banyak dari klaster,," katanya.

Saat ini, Erick menyampaikan, Kementerian BUMN menaungi 142 perusahaan dan 800 anak serta cucu usaha BUMN.

Proses pembentukan subholding telah dilakukan pemetaan sejak akhir 2019 dan terus berjalan hingga saat ini.

Beberapa BUMN yang akan dan sedang melakukan perampingan di antaranya PT Pertamina (Persero).

Saat ini, Pertamina memiliki 25 perusahaan anak dan cucu dengan empat perusahaan sudah berstatus dalam likuidasi, tiga perusahaan diusulkan untuk likuidasi, dan satu perusahaan diusulkan divestasi.

Dengan demikian, dalam jangka pendek pada tahun 2020 akan ada rasionalisasi delapan perusahaan. Proses rasionalisasi di Pertamina ini akan terus berlanjut setelah 2020.

Kemudian, PT Telkom Indonesia akan melakukan konsolidasi terhadap 20 anak perusahaan yang memiliki kesamaan portofolio ataupun yang saat ini masih kurang optimal dalam memberikan nilai tambah menuju digital telekomunikasi, yang akan dilaksanakan secara bertahap hingga 2021.

Sementara, PT Garuda Indonesia sedang melakukan refocusing back to core business.

Garuda akan merasionalisasi enam cucu perusahaan yang operasionalnya belum optimal dalam memberikan return dan nilai tambah bagi grup.

Baca juga: Kluster industri manufaktur BUMN untuk dukung kilang Pertamina

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020