di beberapa tempat orang-orang menghentikan program daur ulang
Jakarta (ANTARA) - Pakar kebijakan limbah dari Health Care Without Harm, Ruth Stinger, melihat ada tren peningkatan penggunaan plastik sekali pakai saat ini ketika banyak negara di dunia menghadapi wabah COVID-19.

"Kami melihat peningkatan penggunaan plastik sekali pakai dan kami melihat di beberapa tempat orang-orang menghentikan program daur ulang. Semua itu tidak perlu dilakukan," kata International Science and Policy Coordinator untuk Health Care Without Harm itu dalam diskusi online, Jumat.

Dia mengatakan orang-orang hanya perlu melaksanakan manajemen limbah dengan baik dan ketat dalam menghadapi pandemi COVID-19. Manajemen limbah yang baik dimulai dengan melakukan pemilahan benar dari sampah yang ada, terutama limbah medis yang dihasilkan dari rumah sakit yang merawat pasien COVID-19.

Baca juga: PERSI ingatkan risiko pemanfaatan ilegal limbah medis COVID-19
Baca juga: RS berinsinerator diharapkan bantu faskes lain kurangi limbah medis


Penggunaan plastik secara berlebihan dalam praktik memproses limbah medis juga lebih baik dihindari, kata dia. Menggunakan dua kantong plastik untuk membungkus limbah tidak harus dilakukan, tapi lebih baik menggunakan kontainer dengan bahan tebal dan tertutup rapat untuk menghindari kebocoran.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh lembaga nirlaba yang mempromosikan transformasi sektor kesehatan menjadi ramah lingkungan itu Ruth juga mengingatkan agar dalam pemrosesan limbah medis menggunakan cara yang tidak menghasilkan polusi lingkungan.

Penggunaan insinerator untuk memproses semua limbah medis apapun jenisnya akan menghasilkan polutan di udara yang tidak ramah lingkungan.

"Kita tidak perlu mendorong lebih banyak insinerasi, itu adalah solusi palsu. Cara itu menimbulkan polusi dan mahal," tegasnya.

Solusi yang lebih ramah lingkungan adalah dengan teknologi berbasis uap seperti autoclave yang menggunakan sistem sterilisasi untuk menghilangkan sifat infeksius dari limbah sebelum dimasukkan ke kontainer untuk disimpan dan diproses di penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Baca juga: Ahli lingkungan peringatkan penambahan masif limbah medis COVID-19
Baca juga: Industri daur ulang plastik di Jatim mulai tumbuh pascacorona

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020