Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi, pada Senin, karyawan PT. Dua Delapan Resources, Arif Kurniawan dalam penyidikan kasus korupsi terkait pemberian izin kuasa pertambangan eksplorasi dan eksploitasi serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dari Pemerintah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2014.

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi dalam penyidikan kasus tindak pidana korupsi terkait pemberian izin kuasa pertambangan eksplorasi dan eksploitasi serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dari Pemerintah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2014," ujar Pelaksana tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Baca juga: BI Sulsel: 90 persen cadangan nikel dunia di Sulampua

Baca juga: Kementerian ESDM lelang blok tambang nikel Suasua

Baca juga: Anggota DPR sarankan pemerintah kuasai nikel Sulawesi


Arif dijadwalkan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Bupati Konawe Utara periode 2007-2009 dan 2011-2016 Aswad Sulaiman (ASW).

KPK telah menetapkan Aswad sebagai tersangka pada 3 Oktober 2017.

Tersangka Aswad Sulaiman selaku Bupati Konawe Utara periode 2007-2009 dan selaku Bupati Konawe Utara periode 2011-2016 diduga telah menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Aswad Sulaiman disangkakan melanggar pasal 2 ayat (1) atau pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Indikasi kerugian keuangan negara terkait kasus tersebut sekurang-kurangnya Rp2,7 triliun yang berasal dari penjualan hasil produksi nikeI yang diduga diperoleh akibat proses perizinan yang melawan hukum.

Selain itu, Aswad Sulaiman selaku pejabat Bupati Konawe Utara periode 2007-2009 diduga telah menerima uang sejumlah Rp13 miliar dari sejumlah perusahaan yang mengajukan izin kuasa pertambangan kepada Pemkab Konawe Utara.

Indikasi penerimaan terjadi dalam rentang waktu 2007 sampai dengan 2009.

Atas perbuatannya tersebut, Aswad Sulaiman disangka melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Baca juga: Petani rumput laut di Sultra protes limbah tambang nikel

Baca juga: Mahasiswa tolak perusahaan tambang di Konawe Kepulauan

Baca juga: PNG mungkin akan tutup pabrik nikel China karena tumpahan limbah

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020