Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kami akan terus mendorong dan memfasilitasi perusahaan-perusahaan yang berencana akan ekspor produk peternakan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan pada April 2020, sejumlah perusahaan di sub sektor peternakan akan merealisasikan ekspor ke beberapa negara dengan total mencapai Rp538,12 miliar.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita merinci beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri obat hewan akan mengekspor obat jenis vaksin dan biologik sebanyak 343.582.000 dosis, farmasetik dan premix sebanyak 23.922 ton ke China, Jepang, Australia, dan ke lebih dari 30 negara lainnya.

Nilai ekspor dari obat hewan tersebut diperkirakan mencapai Rp502,66 miliar.

"Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kami akan terus mendorong dan memfasilitasi perusahaan-perusahaan yang berencana akan ekspor produk peternakan," kata Ketut

Perusahaan lain yang telah melaporkan rencana ekspornya, yakni PT Sinar Indochem dan PT Charoen Pokphand Indonesia yang akan mengekspor pakan ke Republik Demokratik Timor Leste masing-masing sebanyak 240 ton dan 60 ton dengan total nilai mencapai Rp1,57 miliar.

Selain itu tercatat juga ada PT Greenfields Indonesia yang akan mengekspor susu dan produk susu olahan ke Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebanyak 417 ton dengan nilai mencapai Rp5,67 miliar.

Sementara itu, PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor Hatching Egg (telur tetas) sebanyak 625.000 butir ke Myanmar serta Day Old Chicken (DOC) ke Timor Leste sebanyak 18.000 ekor dengan total nilai mencapai Rp3 miliar.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani menambahkan bahwa terdapat salah satu perusahaan yang memproduksi Sarang Burung Walet (SBW) yaitu PT Ori Ginalnest Indonesia, juga akan mengekspor SBW ke Amerika Serikat, China, dan Australia sebanyak 780 kg dengan nilai sebesar Rp24,96 miliar.

Fini mengakui bahwa pandemi COVID-19 yang menyebar secara masif di dunia, membuat beberapa negara terdampak mengeluarkan kebijakan pembatasan keluar masuknya barang dan manusia dari/ke negara mereka, bahkan ada yang mengambil kebijakan lockdown.

Hal ini, menurut dia, membuat aktivitas perdagangan pun mengalami tekanan.

Namun dengan melihat pencapaian kinerja ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020, dan rencana ekspor para pelaku usaha pada April tersebut, Ia optimistis bahwa ekspor produk sub sektor peternakan dapat bertahan dalam ketidakpastian perekonomian akibat pandemi COVID-19 saat ini.

"Sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis, tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, tetapi juga berupaya untuk mencari pasar alternatif tujuan ekspor," kata Fini.

Ada pun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020 mencapai Rp1,7 triliun; atau meningkat 30 persen dibandingkan ekspor periode yang sama 2019 yang tercatat sebesar Rp1,3 triliun.

Baca juga: Akademisi: ke depan sektor peternakan harus lebih berkelanjutan

Baca juga: RI-Australia beri pelatihan usaha peternakan bagi sarjana


 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020