Jakarta (ANTARA) - Tim survei berhasil memastikan keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan beberapa satwa liar dilindungi lainnya berkat bantuan camera trap (kamera tersembunyi) di kawasan Hutan Produksi Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Hutan Produksi (KPH-P) Wilayah X Padang Sidempuan, Zurkarnain Hasibuan, dalam rilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Selasa, menilai hasil survei tersebut penting karena masih minimnya informasi keanekaragaman hayati di kawasan itu.

Hasilnya akan digunakan untuk menyusun rencana pengelolaan dan sosialisasi untuk menghindari konflik antara manusia dan satwa.

“Kami akan mendorong masyarakat memanfaatkan ekosistem hutan, antara lain menanam pohon buah-buahan yang disukai satwa seperti durian, sekaligus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Zurkarnain.

Baca juga: Harimau sumatera yang luka akibat jerat diberi nama Corina

Baca juga: Harimau sumatera dilaporkan muncul di Danau Khayangan Pekanbaru

Baca juga: BBKSDA Riau pasang kamera jebak di pelintasan harimau sumatera


Survei yang dilakukan KPH-P Wilayah X, Conservation International Indonesia (CI Indonesia) dan mitra warga itu berhasil memperlihatkan tangkapan gambar harimau dan diperkuat dengan rekaman video yang memperlihatkan hewan tersebut melintas.

Berdasarkan pengamatan ruang jelajah satwa itu mencapai 500 km persegi atau hampir seluruh hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan itu.

Kamera tersembunyi yang dipasang dalam periode Januari-Maret 2020 dengan luas survei sekitar 30.000 hektare (ha) itu juga berhasil menemukan 5 dari 6 kucing liar Sumatera yaitu harimau sumatera, macan dahan sumatera, kucing emas asia, kucing batu, dan satwa lain dengan status menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam kategori kritis, terancam, dan rentan.

Selain itu survei tersebut juga menemukan lutung hitam sumatera, trenggiling , tapir, beruang madu, rusa sambar, kambing hutan sumatera, dan beruk. Tidak hanya itu, penunjang pakan untuk predator paling tinggi seperti harimau sumatera masih banyak tersedia seperti kijang, babi hutan, pelanduk kancil dan rusa sambar.

Hasil itu mengindikasikan masih ada proses rantai makanan di dalam kawasan hutan produksi dan masih banyak hewan yang dilindungi berada di luar kawasan konservasi, kata Direktur Jenderal Konservasi dan Sumberdaya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno.

"Sekitar 70 persen mamalia dan primata besar yang dilindungi di Sumatera dan Kalimantan berada di luar kawasan konservasi dan perlu keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk konservasi termasuk pelaku usaha sangat strategis, penting, dan mendesak," kata Wiratno.

Hasil survei itu akan ditindaklanjuti oleh KLHK dan pemerintah daerah untuk merumuskan langkah strategis pengelolaan dan pengembangan wilayah secara berkelanjutan, menurut rilis itu.*

Baca juga: BBKSDA Riau tangani kasus kemunculan harimau liar di perusahaan

Baca juga: Babi dan jerat ditemukan di TKP harimau mati di Bengkulu

Baca juga: BBKSDA Riau bersihkan jerat di lokasi konflik manusia dengan harimau


 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020