Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat inovasi layanan daring khusus untuk penerbitan Surat Keterangan Teknis (SKT) Impor Pakan dan Bahan Baku Pakan Ikan, yang diberi nama SEKETIKA.

"Layanan berbasis online SEKETIKA ini akan mempermudah stakeholders melakukan permohonan ijin impor tanpa harus datang langsung. Jadi di tengah pembatasan sosial skala besar (PSSB) ini, para stakeholder tinggal daftar dan penuhi semua persyaratan melaui layanan SEKETIKA ini dari rumah," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta, Selasa.

Slamet memaparkan, layanan daring SEKETIKA telah terintegrasi dengan sistem perizinan satu pintu atau Online System Submission (OSS), sehingga lebih efisien dan akuntabel.

Baca juga: KKP perkirakan panen budidaya capai 450 ribu ton kuartal II-2020

Pemohon nanti tinggal persiapkan persyaratan dalam bentuk soft copy dan kirim melalui laman yang tersedia.

"Dalam kondisi darurat seperti ini, KKP tetap akan menjamin pelayananan publik tetap berjalan. Tentu, tujuannya agar proses usaha budidaya di masyarakat terus berjalan. Untuk petunjuk terkait detail teknis, nanti pemohon bisa kunjungi laman seketika.kkp.go.id disitu jelas prosedur atau tahapan yang bisa dilakukan," jelas Slamet.

Ia mengemukakan bahwa wabah COVID-19 turut memberi dampak terhadap operasional produksi pakan ikan pada industri besar.

Pelayanan yang lebih efisien terkait penerbitan SKT impor bahan baku pakan, lanjutnya, diharapkan bakal memperlancar akses impor bahan baku yang memang harus dilakukan.

KKP juga telah memperkirakan panen perikanan budidaya di Tanah Air bakal dapat mencapai hingga sekitar 450 ribu ton pada kuartal II-2020 atau sepanjang April hingga Juni 2020, meski ada pandemi COVID-19.

"Estimasi panen komoditas sektor ini mencapai 450 ribu ton sepanjang April hingga Juni 2020. Komoditas perikanan budidaya yang dimaksud meliputi ikan air tawar, ikan laut non-udang, dan udang," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

Baca juga: KKP siapkan penjualan ikan secara online hadapi COVID-19

Ia merinci, angka tersebut terdiri atas estimasi panen ikan air tawar sebanyak 341.494 ton, budidaya ikan laut non-udang 4.400 ton, dan udang 104.941 ton.

Lokasi panen tersebar di sejumlah wilayah seperti Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kepri, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Kalimantan hingga Maluku.

Untuk mendukung perikanan budidaya terus berjalan di tengah pandemi corona, Edhy meminta Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mempertimbangkan penundaan kenaikan harga pakan ikan dan udang.

Menurut dia, sinergi dan saling mendukung sangat dibutuhkan saat ini agar roda ekonomi tetap berjalan dan pembudidaya tetap sejahtera.

Selain sektor budidaya, Menteri Edhy memastikan usaha perikanan tangkap juga terus beraktivitas. Estimasi produksi perikanan laut sepanjang April hingga Juni 2020 mencapai 1,6 juta ton.

Lebih lanjut Edhy menjelaskan, sejak mewabahnya virus corona di Indonesia dan negara-negara lain di dunia, harga udang dan ikan air payau laut hasil budidaya mengalami penurunan 20 hingga 30 persen. Penurunan harga ini sejalan dengan menurunnya permintaan imbas tutupnya banyak restoran di Indonesia dan dunia.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020