Kami mengalami penurunan volatilitas yang bagus di seluruh pasar valas dan ekuitas
New York (ANTARA) - Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), sedangkan mata uang berisiko termasuk dolar Australia menguat, karena selera risiko meningkat dengan harapan bahwa penguncian (lockdowns) dapat memperlambat penyebaran Virus Corona di beberapa negara.

Sterling juga naik sehari setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dipindahkan ke perawatan intensif karena memburuknya gejala Virus Corona.

Analis mengatakan mata uang Inggris diuntungkan dari meningkatnya selera risiko yang membebani dolar AS. Kondisi Johnson, meski mengkhawatirkan, juga tidak mungkin berarti perubahan arah kebijakan pemerintah dalam memerangi virus.

"Terlepas dari berita sedih tentang PM Inggris Johnson, kematian di Inggris tetap relatif rendah dan melambat untuk hari kedua, meskipun puncaknya masih diperkirakan sekitar 10 hari lagi," Kepala Strategi Mata Uang Global di Brown Brothers Harriman, Win Thin di New York, mengatakan dalam sebuah laporan.

"Data frekuensi tinggi pada infeksi Virus Corona dan tingkat kematian terus stabil," kata Thin.

Di Spanyol dan Italia, yang menyumbang lebih dari 40 persen dari kematian dunia, angka kematian telah menurun selama beberapa hari, dan diskusi publik telah beralih ke bagaimana dan kapan pembatasan-pembatasan drastis dalam aktivitas pribadi dan ekonomi selama berminggu-minggu akan dikurangi.

Negara bagian New York, episentrum Virus Corona AS, mendekati angka tertinggi dalam jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, Gubernur Andrew Cuomo mengatakan pada Selasa (7/4/2020), sebuah tanda harapan sekalipun kematian di negara bagiannya dan negara tetangga New Jersey mencapai tertinggi satu hari.

Baca juga: Harga emas jatuh 10 dolar, dipicu investor menjauh dari aset aman

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir melemah 0,81 persen menjadi 99,92.

Dolar Australia melonjak 1,54 persen menjadi 0,6180 dolar AS, sterling menguat 0,93 persen menjadi 1,2343 dolar dan euro menguat 0,98 persen menjadi 1,0897 dolar. Dolar juga melemah 0,40 persen terhadap yen di 108,76 yen.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Selasa (7/4/2020) menyatakan keadaan darurat untuk memerangi infeksi virus corona di pusat-pusat populasi utama dan meluncurkan paket stimulus hampir satu triliun dolar untuk melunakkan pukulan terhadap ekonomi.

Tindakan oleh bank sentral untuk mempermudah perebutan dolar yang terlihat dalam beberapa pekan terakhir juga telah membantu membawa ketenangan ke pasar.

"Kami mengalami penurunan volatilitas yang bagus di seluruh pasar valas dan ekuitas," kata Ahli Strategi Valas Societe Generale, Kenneth Broux. "Kami tahu bank-bank sentral telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengurangi ketegangan di pasar dolar dan itu berlanjut."

Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, tertekan investor ragu penurunan produksi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020