Jakarta (ANTARA) - Mahasiswa tata busana diusulkan untuk turut memproduksi alat perlindungan diri (APD) yang sampai saat ini masih sangat dibutuhkan tenaga medis di banyak rumah sakit dan tempat layanan kesehatan dalam menangani kasus COVID-19.

Anggota DPR RI Marwan Jafar di Jakarta, Rabu, mengatakan mahasiswa tata busana di sekolah kejuruan umumnya dilatih untuk membuat kostum dekontaminasi dengan desain dan berbahan khusus.

“Mereka punya kemampuan untuk memproduksi APD. Apalagi ketersediaan dan kewajaran harga bahan baku pakaian APD belakangan ini tiba-tiba sulit didapat dan harganya sangat mahal,” katanya.

Ia menambahkan masalah pengadaan APD yang dikenal dengan nama hazmat (hazardous materials) alias kostum pelindung dari material berbahaya, harus terus menjadi perhatian serius berbagai pihak.

"Kemendikbud misalnya bisa mengkoordinasi dengan perguruan tinggi dan sekolah kejuruan se-Indonesia yang memiliki program studi dan jurusan tata busana,” katanya.

Sementara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koperasi dan UKM juga diharapkan dapat saling bersinergi terkait kemudahan mengakses bahan baku.

Marwan juga mengingatkan, proses pembuatan busana khusus APD tidak bisa sembarangan atau asal-asalan.

“Terutama pakaian hazmat ini juga harus memenuhi kriteria atau standar yang ditetapkan WHO,” katanya.

Anggota DPR RI di Komisi VI DPR ini meyakini, dorongan memproduksi APD terstandar WHO juga akan membawa dampak positif berganda.

“Mulai dari melatih para mahasiswa generasi muda menciptakan lapangan kerja, menumbuhkan kegotongroyongan profesi, mendorong penguatan industri kecil nasional, memperkokoh pasar perdagangan dalam negeri, serta memacu pelaku UMKM bersaing secara sehat,” katanya.




Baca juga: Kemenperin sebut pelaku IKM mampu produksi masker dan APD
Baca juga: Lawan COVID-19, lapas dan rutan produksi APD
Baca juga: Desainer Indonesia Hian Tjen produksi puluhan APD

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020