Jakarta (ANTARA) - Pemerintah tidak berencana memulangkan para mahasiswa Indonesia yang berada di Australia walaupun Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengimbau warga negara asing meninggalkan negaranya untuk meminimalisasi dampak COVID-19.

“Saya garisbawahi, tidak ada rencana dari pemerintah untuk memulangkan mahasiswa (Indonesia) dari Australia,” ujar Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah kepada wartawan melalui konferensi video, Kamis.

Meskipun pemerintah tidak mengimbau mahasiswa Indonesia untuk pulang ke Tanah Air, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara khusus menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne agar memperhatikan WNI di Negeri Kanguru saat negara tengah sibuk menghadapi pandemi COVID-19.

“Dalam pembicaraan telepon yang dilakukan Menlu Retno dan Menlu Payne beberapa hari lalu, intinya adalah meminta perhatian dari pemerintah Australia untuk memahami adanya kecemasan dari mahasiswa kita terkait pernyataan dari PM Australia mengenai mahasiswa asing,” tutur Faizasyah.

Baca juga: Terkait imbauan Australia, Kemlu RI serahkan keputusan kepada WNI

Faizasyah juga menegaskan bahwa perwakilan-perwakilan RI di Australia siap membantu jika ada mahasiswa yang menghadapi masalah selama masa karantina yang diberlakukan di negara itu.

“Kami berharap bila ada tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa di Australia mereka tidak segan-segan berkomunikasi dan akan dicarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi,” kata Faizasyah.

“Namun, saya ulangi sampai saat ini, kami belum mendapatkan suatu pengaduan tertentu dari mahasiswa kita di Australia,” ia menambahkan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan warga negara asing yang berada di Australia dengan berbagai jenis visa, termasuk di antaranya pengunjung dan mahasiswa internasional dan mereka yang tidak bisa menyokong kehidupan mereka sendiri, maka "ada alternatif bagi mereka untuk kembali ke negara asal mereka".

"Australia harus fokus pada warga dan penduduknya untuk memastikan bahwa kami dapat memaksimalkan dukungan ekonomi yang kami miliki," kata dia seperti dilaporkan ABC News.

Baca juga: Dompet Dhuafa bagikan 300 paket makanan bagi tunawisma di Australia

Namun, Morrison menyatakan pengunjung internasional yang memiliki keterampilan dalam menghadapi krisis COVID-19, seperti perawat atau dokter, bisa menjadi pengecualian.

Morrison mengatakan masih ada sejumlah orang di negara itu dengan visa pengunjung.

Siswa internasional tidak memiliki akses ke pembayaran JobSeeker dari Pemerintah Federal dan harus berurusan dengan krisis COVID-19 tanpa jaring pengaman keuangan yang tersedia untuk banyak warga negara dan penduduk Australia.

Morrison menunjukkan itu adalah persyaratan bagi siswa yang datang ke Australia untuk dapat mendukung diri mereka sendiri dalam 12 bulan pertama studi mereka.

Saat ini, ada lebih dari 500.000 siswa internasional di Australia, banyak di antaranya telah kehilangan pekerjaan selama pandemi.

Baca juga: PM: sistem layanan kesehatan Australia mampu atasi pandemi corona

Baca juga: PM Australia: "social distancing" bantu perlambat penyebaran corona



 

Pemprov DKI minta masyarakat selalu gunakan masker kain  

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020