potensi penguatan kembali (rebound) saham BBNI termasuk paling cepat dibandingkan bank besar lainnya.
Jakarta (ANTARA) - Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI  ikut "menanjak" seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus bergerak naik.

Pengamat pasar modal Yazid Muammar  di Jakarta, Kamis, menyatakan potensi penguatan kembali (rebound) saham BBNI termasuk paling cepat dibandingkan bank besar lainnya, yang terlihat dari valuasi betanya yang berada di 1,5 kali.

Setelah sempat menyentuh titik terendahnya sejak 2013 ke level 3.989 pada 23 Maret 2020, IHSG segera bangkit dan kini kembali di level 4.626.

Begitu juga dengan saham BBNI yang sempat menyentuh Rp3.390 per saham, perlahan tapi pasti menanjak naik dan ditutup Rp 4.010 per saham. Kenaikan lebih dari 20 persen hanya dalam hitungan hari.

Baca juga: IHSG melemah dipicu potensi seretnya likuiditas akibat COVID-19

Menurut Yazid, penurunan saham BBNI juga masih belum 50 persen hingga saat ini, sementara pada 2008 penurunan sahamnya pernah lebih dari 75 persen.

Ia menilai saat ini pun valuasi BBNI dengan Price to Book Value (PBV) 0,6 kali sudah termasuk murah dibandingkan bank besar lainnya, apalagi jika melihat rata-rata PBV BNI dalam lima tahun terakhir ada di posisi 1,45 persen.

PBV adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue) sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi rendah alias undervalue.

"Untuk itu strategi masuk ke saham BBNI adalah tepat saat ini, dengan cara beli cicil. Besar kemungkinan BBNI akan kembali ke PBV normalnya. Lantaran saham-saham blue chip akan lebih dulu diincar investor bermodal besar dan membuat valuasinya juga meningkat," ujar Yazid dalam keterangan resmi.

Baca juga: Selama COVID-19, transaksi mobile banking BNI Syariah melonjak

Sementara itu, Analis Profindo Sekuritas Dimas Wahyu menyatakan secara teknikal BBNI memang tengah fase koreksi, dengan arah penurunan ke kisaran Rp 3.450 per saham sebagai bottom fishing (membeli di harga terendah). Sementara target kenaikannya ditargetkan ke level resisten Rp 4.659 per saham.

Dengan posisi harga saham BBNI ini, Dimas menilai sudah menarik dan layak dikoleksi. Meski secara keseluruhan sektor perbankan akan mengalami tekanan pendapatan bunga bersih dan laba bersih tahun ini.

Berbeda dengan krisis 2008, di mana perbankan di Indonesia tidak memegang sindikasi pembiayaan properti ataupun memegang surat utang AS sehingga perbaikan setelah krisis berlangsung cepat. Pandemi COVID-19 ini bukan hanya negatif bagi industri perbankan, tetapi juga ke pertumbuhan ekonomi global.

"Untuk Asia cuma tiga negara yang survive, yakni China, India, dan Indonesia yang masih akan positif. Biarpun secara makro akan lebih berat," ujar Dimas.

Baca juga: Bursa saham Malaysia ditutup naik, indeks KLCI menguat 0,61 persen

Meski perbaikan secara keseluruhan tidak secepat yang diharapkan, ia memproyeksikan ekonomi Indonesia akan kembali normal pada 2021 karena dunia usaha akan beroperasi secara normal, termasuk industri perbankan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020