Jakarta (ANTARA) - Pandemi virus COVID-19 sudah menjalar ke seluruh dunia, bahkan negara maju dan negara adikuasa pun sempat kewalahan menangani virus mematikan tersebut.

Strategi apapun pada akhirnya hanya bisa memperlambat dan meredam penyebaran masif dari virus ini, pada dasarnya belum ada yang mampu menghentikan bahkan menghindari gejolak COVID-19.

Pada akhirnya, ribuan jiwa tetap jatuh berguguran akibat tidak mampu melawan virus COVID-19 atau yang masih awam dengan wabah corona.

Dua belahan dunia yang terpisah antar benua, yaitu Amerika Serikat dan Jerman yang berasal dari benua biru, Eropa, dalam sudut pandang peneliti dirangkum dalam perspektif strategi kebijakan pemerintah dan masyarakatnya.

Kedua negara maju tersebut diklaim mampu meredam laju penularan virus dengan berbagai upaya yang telah dilakukan.

Peneliti ekonomi dari INDEF Deniey Purwanto memaparkan hasil kajiannya terhadap kajian dari Jerman atas penanganan virus COVID-19. Secara umum Jerman masih menggunakan metode Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dengan melihat kurva sebaran epidemik.

Melihat kurva begitu melonjak, pemerintah Jerman mengambil tiga langkah strategi utama yaitu pertama, menunda terjadinya wabah, mengurangi beban puncak wabah terhadap sistem layanan kesehatan dan ketiga adalah mengurangi penyebaran wabah serta dampak kesehatan.

Hingga 8 April 2020 di Jerman, 103.228 orang terdampak COVID-19 dengan korban jiwa sebesar 1.861 dilaporkan dalam Robert Koch Institute in Germany. Dari 16 negara bagian di Jerman, Bavaria merupakan terdampak paling parah, disusul oleh Baden-wurttemberg dan Hamburg.

Rata-rata kasus usia pada rentang 15-59 tahun, dengan 52 persen laki-laki dan 48 persen perempuan. Melihat korban yang terus berjatuhan Pemerintah pusat Jerman mengambil alih penanganan dengan memberi kenijakan tegas yaitu, melakukan sebaran test dan menelusuri yang terpapar, mengendalikan pergerakan warga termasuk penerbangan, kereta dan bus, tidak menganjurkan adanya acara-acara pertemuan dan melarang tegas penduduk lokal untuk keluar wilayah.

Terdapat anomali dari kasus covid-19 di Jerman, yaitu peringkat lima dunia untuk terinfeksi terbanyak namun memiliki rasio kematian peringkat 12 atau di bawah 2 persen.

Jerman ternyata sudah memulai test massal corona virus sejak awal, atau deteksi dini sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Bahkan pada awal Januari 2020, Jerman sudah melakukan test massal sebelum WHO mengumumkan bahwa corona virus bisa menular antar kontak manusia.

Minimalisir kontak

Kedua, sebelum jadi pandemik ketika masih endemik Jerman sudah memerintahkan negara bagian untuk mewaspadai dan membatasi penularan antar manusia, yaitu dengan meminimalisir kontak.

Bahkan pada April 2020 awal, Jerman sudah melakukan test massal dengan rata-rata 500.000 orang per minggu, dengan perawatan utama ketika ada indikasi positif.

Sisi infrastruktur Jerman nampak menonjol dari perlengkapan Rumah Sakit, Jerman memiliki rumah sakit dengan perlengkapan terbaik di setiap 16 negara bagian. Rata-rata rumah sakit Jerman mampu menampung 1.000 pasien dalam satu RS.

Terakhir, Jerman memiliki manajemen krisis yang baik dipimpin oleh Kanselir Jerman Angela Merkel yang langsung membawahi para ilmuwan dan dokter-dekter terbaik di negaranya.

Secara umum strategi Jerman dalam menangani sebaran adalah mendengungkan isolasi mandiri, social distancing, melarang perkumpulan massal, menutup sekolah-sekolah dan kebijakan Lockdown.

Kebijakan ekonomi yang dilakukan Jerman adalah menangguhkan pinjaman atau kredit untuk perusahaan, memberikan subsidi pendapatan kepada pekerja terdampak, pelunakan pajak dan penjaminan keamanan sosial di setiap negara bagian.


Koordinasi kuat
Amerika Serikat tidak luput dari serangan virus covid-19 dengan sebanyak 366.614 terjangkit dan 10.783 diantaranya meninggal dengan rasio kematian sebesar 2,9 persen, sedangkan dibandingkan Indonesia sebesar 8,4 persen.

Kebijakan dari Amerika Serikat berdasarkan catatan Peneliti INDEF Eisha Maghfiruha dalam menangani wabah adalah koordinasi kuat antara pemerintah pusat dan negara bagian.

Pemerintah melibatkan peran besar dari ilmuwan bidang medis dan mengambil kebijakan berdasarkan data dan fakta ilmiah, sejak Januari 2020.

Namun, tidak semua negara bagian menerapkan perintah tetap di rumah, hanya negara bagian yang terdampak. Negara bagian memiliki kebijakan masing-masing dalam menangani COVID -19 sedangkan pemerintah federal pusat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh negara bagian, seperti mengirimkan pasukan garda nasional dan kapal induk yang digunakan sebagai rumah sakit bagi negara bagian yang tidak memiliki fasilitas lengkap.

Rapid tes massal mampu menghasilkan 15 menit selesai setelah uji. rata-rata lebih dari 100.000 test per hari. Kemudian memerintahkan kebijakan “stay at home” di wilayah terdampak. Pengecualian keluar rumah hanya untuk belanja kebutuhan pokok, ke RS/apotik dan pekerja esensial, selain itu dilarang.

Sejak 3 April 2020, memberlakukan masker kain bagi seluruh masyarakat dan masker N95 hanya bagi petugas medis. Namun seluruh kebijakan AS, tidak serta merta menghasilkan dampak baik. Kegiatan produktif seluruhnya terhambat, sehingga ekonomi anjlok secara drastis.

Pelajaran dari dampak negatif di sisi ekonomi adalah Amerika Serikat, menerapkan implementasi stimulus fiskal untuk kompensasi ekonomi terdampak. Kemudian memberikan sinyal terhadap investor bahwa pemerintah dapat menangani penyebaran covid-19 dengan tanggap dan bekerja efektif.

Selain itu, mendorong sektor industri dan retail untuk menjaga stabilitas harga dan jaminan ketersediaan bahan pokok, obat-obatan, dan perlengkapan medis seperti APD dan masker. Upaya lainnya adalah mendorong industri untuk menunjang ketersediaan alat kesehatan.

Upaya ekonomi kepada masyarakat adalah, bantuan dana langsung senilai total 301 miliar dolar As untuk seluruh rumah tangga terdampak dengan rincian bagi rumah tangga berpenghasilan di bawah 75.000 dolar As mendapatkan bantuan 1.200 dolar As serta 500 dolar As untuk tiap anak.

Bantuan asuransi sebesar 250 miliar dolar As dengan memperpanjang masa dari 13 minggu menjadi 39 minggu. Kemudian bantuan pinjaman usaha kecil dibawah karyawan 500 orang dengan masing-masing maksimal 10 juta dolar As.

Bantuan pemangkasan pajak untuk bisnis sebesar 221 miliar As dan menggelontorkan 130 miliar As untuk Rumah Sakit dan layanan kesehatan.

Amerika dan Jerman tidak serta merta memberikan dampak yang signifikan dalam menekan COVID-19, namun kebijakan yang diberikan mampu meredam kepanikan masyarakat dan mengubah kurva lonjakan penyebaran menjadi lebih terkendali.



Baca juga: Ketua Gugus Tugas: Disiplin kolektif penting dalam mengatasi COVID-19
Baca juga: Pemerintah akan alokasikan dana desa untuk penanggulangan COVID-19
Baca juga: Singapura kembali berikan bantuan penanggulangan COVID-19 untuk Batam


Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020