Jakarta (ANTARA) - Saat pandemi COVID-19,  kehadiran dokter dan tenaga kesehatan memiliki peranan sangat penting di rumah sakit, baik  rujukan maupun darurat seperti Wisma Atlet Kemayoran.

Persoalannya,  banyak tenaga kesehatan dan dokter harus mengalami kesulitan saat pulang pergi dari rumah ke rumah sakit,  apalagi jumlah pasien yang harus dirawat juga begitu banyak. Sementara, mereka juga dituntut untuk selalu prima dalam menangani pasien agar tidak ikut tertular.

Bisa dibayangkan kalau rumah tinggal mereka jauh di luar perbatasan Provinsi DKI Jakarta, sedangkan rumah sakit tempat mereka harus bekerja berada di pusat kota. Tentunya penuh dengan perjuangan untuk menjangkau rumah sakit tersebut.

Setelah sampai di rumah sakit, mereka sudah lelah duluan. Belum lagi harus menghadapi puluhan pasien yang harus ditangani. Tentunya mereka membutuhkan tempat untuk beristirahat memadai, tetapi juga aman agar tidak tertular.

Kesulitan tidak berhenti sampai di sini, beberapa tenaga kesehatan mengaku mereka ditolak di lingkungan rumah karena warga sekitar takut tertular.

Rupanya kesulitan yang dihadapi dokter dan tenaga medis ini dapat dipahami Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka difasilitasi di sejumlah hotel yang dikelola Pemprov DKI Jakarta seperti Hotel Grand Cempaka Bussiness, D’Arcici Alhijra, D’Arcici Pelumpang, D’Arcici Sunter sebagai tempat melepas penat bagi dokter dan tenaga medis.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan melalui dinas kesehatan semua unit pelayanan di hotel sudah diberikan edukasi mengenai protokol dalam menghadap pekerja kesehatan dan dokter.

Mereka juga sudah diminta agar tidak perlu takut dalam memberikan pelayanan kepada dokter dan tenaga medis sepanjang seluruh protokol diikuti seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, mengganti baju setelah bekerja, serta lain-lain termasuk mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin.

Kendala jarak
Namun kendala lainnya jarak antara rumah sakit dengan hotel-hotel itu juga menjadi persoalan,
meskipun sudah disediakan kendaraan untuk antar jemput.

Salah satu solusi lainnya dengan menyediakan tempat beristirahat yang berlokasi di dekat tempat tenaga kesehatan dan dokter itu bekerja.

Memang untuk mendapatkan tempat beristirahat di sekitar rumah sakit, ada kriteria khusus untuk memastikan lokasi sebagai tempat istirahat itu benar-benar aman (zona hijau) atau zona steril.

Ke depan, agaknya langkah seperti ini layak dipertimbangkan pekerja kesehatan dan dokter dengan mobilitas tinggi dapat  memanfaatkan fasilitas itu.

Baca juga: Anies operasikan Hotel Grand Cempaka bagi tenaga medis beristirahat

Kalangan pengusaha sudah melihat kendala yang dihadapi tenaga kesehatan dan dokter. Beberapa
berinisiatif untuk menyediakan tempat menginap dengan standar hotel bertempat di dekat rumah
sakit tempat bertugas.

Dengan cara ini diharapkan dokter dan tenaga medis tidak lagi terkendala untuk mencari tempat
beristirahat di sela-sela kesibukan untuk menangani pasien infeksi COVID-19.

Pod
Pod atau hotel kapsul saat ini tengah menjadi tren di kalangan penyuka jalan-jalan (traveler) sebagai tempat untuk
menginap sementara dengan harga terjangkau.

Bagi pengusaha hotel pod juga diminati mengingat instalasi mudah untuk dipindah-pindahkan
Penampakan sleeping pod bagi rumah sakit rujukan COVID-19 (Foto HO/Bobobox)
.

Namun bagaimana kalau pod itu diimplementasikan bagi tenaga kesehatan dan dokter di rumah
sakit? Tampaknya inovasi ini yang kemudian diterapkan Bobobox, perusahaan rintisan yang
bergerak di bidang akomodasi dan pariwisata berbasis teknologi.

Bekerja sama dengan Yayasan Lia Ka Shing yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan di 27
negara. Perusahaan ini menyumbang 100 pod untuk rumah sakit rujukan COVID-19 di DKI Jakarta
dan Jawa Barat.

Kamar tidur sementara ini akan berfungsi sebagai tempat istirahat para pekerja kesehatan di
sela-sela jadwal panjang dan padat mereka dalam menghadapi pandemi ini.

Merebaknya wabah COVID-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah memberikan dampak pada berbagai aspek
kehidupan, tak terkecuali bagi para dokter dan perawat sebagai garis depan perlawanan menghadapi wabah ini.

Kasus-kasus baru yang muncul setiap hari memberikan tekanan besar bagi sistem pelayanan kesehatan Indonesia dan bahkan telah merenggut nyawa banyak tenaga medis yang bertugas.

Per 1 April 2020, dilansir dari Tempo.co, sudah ada 84 tenaga medis di Indonesia yang dilaporkan terinfeksi COVID-19. Tak hanya itu, ada beberapa kasus melibatkan pekerja medis secara langsung dalam penanganan COVID-19, tidak diizinkan untuk kembali ke tempat tinggal mereka karena khawatir akan risiko penularan virus pada orang sekitar.

Baca juga: COVID-19, Anies kasih "surat cinta" pada para tenaga medis

Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa terima kasih serta dukungan kepada para petugas medis, Bobobox dan Li Ka Shing Foundation bekerja sama dengan IDI Jawa Barat mendonasikan 100 sleeping pod ke berbagai rumah sakit rujukan COVID-19 di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

CEO dan pendiri PT Bobox Mitra Indonesia Indra Gunawan berharap barang itu bisa menjadi solusi tempat istirahat yang lebih baik, aman, dan nyaman bagi para pekerja medis sehingga mereka dapat merawat pasien COVID-19 tanpa mengorbankan kesehatan mereka sendiri.

Presiden dan Co-Founder PT Bobobox Mitra Indonesia, Antonius Bong mengatakan melalui barang itu, para pekerja kesehatan bisa mendapatkan istirahat dan tidur nyaman yang mereka butuhkan.

Pod untuk pekerja medis ini lebih sederhana karena lampunya tidak bisa diubah-ubah sesuai keinginan penghuninya. Pod
untuk rumah sakit hanya satu lampu saja termasuk meja mini yang kerap digunakan untuk laptop. Dengan demikian, fungsinya benar-benar untuk tidur.

Kemudian untuk menjamin keselamatan bagi para penghuni nantinya. Lokasi dari pod-pod ini berada di zona aman (hijau). Kemudian dirawat seperti halnya hotel, namun melalui protokol agar bebas dari virus.

Rumah sakit di Jakarta yang sudah menerimanya ini meliputi: 1. RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara (8 pod) 2. RSUD Koja, Jakarta Utara (10 pod) 3. RSUD Cengkareng, Jakarta Barat (10 pod) 4. RSUD Tarakan, Jakarta Pusat (4 pod) 5. RSKD Duren Sawit, Jakarta Timur (4 pod).

Sedangkan di luar Jakarta meliputi: 1. RS Hasan Sadikin, Bandung (4 pod) 2. RSUD Subang, Subang (4 pod) 3. RS Pelni, Jakarta Barat (16 pod) 4. RSUD Bekasi, Bekasi (10 pod) 5. RS Dustira, Cimahi (8 pod) 6. RSUD Karawang, Karawang (8 pod) 7. RSUD Bayu Asih, Purwakarta (6 pod).

Antonius juga mengatakan di masa krisis ini, pihaknya akan terus berusaha untuk memberikan dukungan terbaik agar tantangan ini cepat teratasi bersama.

Ketua IDI Jawa Barat dr. Eka Mulyana berharap melalui bantuan ini pekerja medis bisa memiliki kualitas istirahat yang lebih baik dan lebih siap untuk merawat para pasien COVID-19, kemudian mereka juga lebih efektif memanfaatkan waktu dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Sedangkan dr. Vivi Lisdawati dari RSPI berharap kerja sama sektor usaha dengan rumah sakit terus digalakkan untuk mempercepat pemberantasan wabah COVID-19.

Peran tenaga kesehatan dan dokter memang saat ini dibutuhkan dalam menghadapi wabah COVID-19, termasuk hotel.

Sementara saat ini, kondisi hotel tentunya juga tengah menghadapi kesulitan, namun hotel juga dapat difungsikan bagi tenaga kesehatan dan dokter dalam menghadapi pandemi.

Sasarannya tentu bisa bekerja sama dengan rumah sakit swasta rujukan untuk pandemi COVID-19.

Baca juga: DKI inapkan sekitar 400 tenaga medis di hotel
 

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020