perlu sikap patriotisme dan semangat kepahlawanan untuk ikut berjuang membantu pemerintah dan membangun harapan publik untuk menghadapi pandemi
Jakarta (ANTARA) - Mantan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019, Triwisaksana, menyatakan sikap bela negara saat ini dibutuhkan untuk melawan pandemi Virus Corona COVID-19  di DKI Jakarta

Seperti ungkapan "Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin", kata Sani (sapaan akrab Triwisaksana), masyarakat  tidak boleh berpangku tangan dan berdiam diri menyaksikan keadaan seperti ini, karenanya perlu sikap patriotisme dan semangat kepahlawanan untuk ikut berjuang membantu pemerintah dan membangun harapan publik.

"Semangat bela negara lah yang kita butuhkan saat ini. Bela negara sebagaimana tercantum dalam UU 23/2019 adalah hak dan kewajiban kita bersama. Dengan semangat bela negara ini artinya mengajak untuk kita semua menggalang seluruh kemampuan yang dimiliki dalam membantu Indonesia melewati hari-hari berat dengan perasaan yang lebih positif dan optimis," kata Sani dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Hal tersebut, lanjut Ketua DPW Partai Gelora DKI Jakarta ini, perlu dilakukan mengingat  hingga Sabtu sore (11/4), kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 3.842 kasus  tersebar di 34 provinsi, sementara di Jakarta yang disebut sebagai episentrum COVID-19, tercatat 1.903 kasus positif.

Dengan merujuk perkiraan dari Badan Intelijen Nasional (BIN) bahwa puncak pandemi COVID-19 di Indonesia akan terjadi pada bulan Juli 2020 dengan jumlah kasus positif menembus angka 100 ribu jiwa, Sani menilai perjuangan Indonesia dalam melawan COVID-19 ini masih sangat berat hingga beberapa bulan ke depan.

Baca juga: Pengamat intelijen kasih pendapat cara Jokowi tangani Covid-19

Baca juga: Jumlah pasien COVID-19 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet menurun

Baca juga: Pekerja diharapkan dapat memahami kondisi sulit akibat pandemi


"Kita memperhatikan pemerintah telah bekerja keras menangani musibah ini dengan pekerja medis sebagai garda terdepan. Namun masalah ancaman keselamatan jiwa akibat pandemi ini makin diperberat dengan masalah ikutan berikutnya seperti potensi krisis ekonomi, keamanan,  bahkan ketahanan nasional," kata Sani.

Dengan gabungan masalah tersebut, ujar Sani, membuat skala musibah ini menjadi berada di atas kapasitas yang mampu ditanggung sendiri dari sumber daya pemerintah.

Disisi lain, Sani menyayangkan masifnya berita dan cerita bohong atau hoaks, terkait penyebaran wabah dan peningkatan jumlah kasus terinfeksi COVID-19, yang membuat "public mood" cenderung negatif. Terlebih dengan adanya kebijakan pembatasan sosial seperti penutupan sekolah dan kantor serta seruan untuk berdiam di rumah dalam jangka waktu yang tidak pasti.

"Ini membuat mereka mulai khawatir terhadap ekonomi keluarga, bukan hanya cemas terhadap keselamatan jiwa. Situasi kehidupan publik menjadi terasa rentan, tidak menentu, dan sekaligus rumit," ucapnya.

Sani menilai, dengan semangat bela negara, warga bisa membantu pemerintah dengan cara mematuhi semua kebijakan terkait wabah COVID-19, yang artinya membantu juga petugas medis di garis depan agar pekerjaannya tidak semakin berat, dengan bersama-sama saling melindungi satu sama lain dari penularan virus.

"Dengan semangat bela negara juga, mari kita bantu para ibu Indonesia untuk tetap semangat mengelola keluarga yang sedang berdiam di rumah agar jaga hidup sehat dan hemat, kita bantu para ayah untuk kreatif bekerja dan berjuang mencari nafkah dalam situasi yang tidak biasa, dan kita bantu generasi muda untuk tetap semangat belajar walau tidak di sekolah," tuturnya.

Dan dengan semangat yang sama pula, Sani mengajak warga menjaga persatuan masyarakat dan bangsa besar yang majemuk ini. Serta menjadikan perbedaan sudut pandang yang ada untuk memperkaya jalan keluar atas musibah ini.

"Mari jaga persatuan Indonesia. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Kuasa memudahkan perjuangan kita. Gelorakan bela negara! Lawan COVID-19! Jadilah pahlawan Indonesia," ucap Sani menambahkan.

Diketahui, hingga saat ini berdasar data yang diumumkan Jumat, kasus COVID-19 yang terkonfirmasi positif di Jakarta ada 2.082 kasus, dengan 1.277 orang dirawat, 142 pasien sembuh dan 195 orang meninggal dunia. Serta 468 orang menjalani isolasi mandiri.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020