Oleh karena itu di tengah krisis merebaknya pandemi COVID-19 dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi, maka penyelenggaraan KTT Khusus APT ini menjadi sangat penting dan strategis
Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo meyakini kerja sama negara-negara ASEAN Plus Three (APT), setelah 21 tahun dilahirkan, akan kembali dapat mengatasi krisis yang diakibatkan COVID-19.

Hal itu disampaikan Presiden saat mengikuti KTT Khusus APT secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa petang.

"Dalam pertemuan KTT Khusus ASEAN Plus Three bapak Presiden menyampaikan bahwa setelah 21 tahun dilahirkan maka kerja sama APT diyakini akan kembali dapat memgatasi krisis yang diakibatkan COVID-19," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai mendampingi Presiden mengikuti KTT Khusus APT.

Menlu mengatakan kerja sama APT mulai dibahas tahun 1997 dan secara resmi dibentuk 1999. Kerja sama APT lahir dari sebuah krisis tepatnya ASEAN Financial Crisis, dan ditujukan untuk memperkuat resiliensi (kemampuan beradaptasi dalam masa sulit) dari negara-negara APT.

"Oleh karena itu di tengah krisis merebaknya pandemi COVID-19 dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi, maka penyelenggaraan KTT Khusus APT ini menjadi sangat penting dan strategis," ujar Menlu.

Baca juga: ASEAN Plus Three sepakati penguatan kerja sama pencapaian SDGs
Baca juga: ASEAN dan tiga mitra sepakat tingkatkan kebudayaan


Selain meyakini APT dapat mengatasi krisis yang disebabkan COVID-19, Presiden juga menyampaikan dua hal penting.

Pertama, mengenai pentingnya penguatan kerja sama untuk menciptakan resiliensi penanganan pandemi COVID-19.

Dalam hal ini, Presiden mengatakan negara plus three yaitu China, Jepang dan Korea Selatan sebagai negara yang pertama menghadapi COVID-19, menjadi penting pengalamannya untuk dibagikan kepada negara-negara ASEAN.

Presiden juga menyampaikan agar para pemimpin APT memberikan instruksi kepada Menteri Kesehatan masing-masing untuk memperkuat kerja sama pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan serta peningkatan kapasitas tenaga medis melalui antara lain penguatan field epidemiology training network dan juga penguatan kerja sama riset untuk membuat obat-obatan serta vaksin.

Presiden juga mengusulkan pembentukan gugus tugas khusus negara-negara APT untuk menangani pandemi dan diharap gugus tugas ini kelak dapat memberikan rekomendasi secara cepat, pada saat ada pandemi di masa mendatang.

"Jadi usul Presiden tidak hanya untuk menangani pandemi saat ini tapi juga untuk menghadapi pandemi di kemudian hari. Presiden juga mengusulkan terbentuknya jejaring dan kerja sama antara industri obat dan farmasi negara-negara APT, tentunya perusahaan BUMN yang memproduksi obat untuk mengatasi COVID-19," jelas Menlu.

Kedua, Presiden mengusulkan penguatan kerja sama dalam rangka peningkatan resiliensi dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini Presiden menyampaikan kembali apa yang disampaikan Direktur Pelaksana  IMF bahwa dunia akan mengalami resesi terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an.

Namun Presiden menyampaikan bahwa APT telah memiliki infrastruktur kerja sama yang cukup kuat. Presiden mengajak agar  infrastruktur yang sudah dimiliki APT diperkuat dan dijalankan misalnya ASEAN Plus Three Macroeconomic Research Office atau AMRO, kemudian Chiang Mai Initiative Multilateralization atau CMIM juga APT Emergency Rice Reserve.

Selain itu Presiden mengingatkan para pemimpin APT untuk memberikan komitmen kuat untuk menjamin perdagangan dan agar negara APT dapat terus memimpin agar kawasan dapat terus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global di masa mendatang.

Baca juga: Presiden Jokowi: 3 negara mitra ASEAN jadi kunci untuk atasi COVID-19
Baca juga: Presiden ingatkan ASEAN Plus Three perkuat Inisiatif Chiang Mai

 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020