Sebagai contoh daru seluruh perbatasan di Kalimantan itu, hampir ribuan terdapat jalur tikus dan jalur resmi dijaga oleh TNI dan tentara Diraja Malaysia
Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan prajurit TNI tetap disiagakan di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia dan saat ini menghadapi tantangan dengan banyak jalur tikus atau tidak resmi pintu masuk kedua negara di tengah pandemik COVID-19.

"Sebagai contoh daru seluruh perbatasan di Kalimantan itu, hampir ribuan terdapat jalur tikus dan jalur resmi dijaga oleh TNI dan tentara Diraja Malaysia," kata Hadi saat Rapat Kerja (Raker) Komisi I DPR secara virtual, di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan, Tentara Diraja Malaysia pada tiga hari lalu telah ditarik dari pos-pos gabungan yang ada di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia karena negara tersebut memberlakukan lockdown.

Baca juga: Komisi I setujui tambahan anggaran TNI tangani COVID-19

Namun, Hadi tetap memerintahkan para prajurit TNI untuk tetap menjaga pos-pos gabungan dan pos yang ada di jalur-jalur tidak resmi, sambil menunggu Satgas Pamtas baru datang karena di jalur tersebut masih terjadi persoalan.

"Dari data yang kami terima, setiap hari ada juga para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia yang melalui jalan-jalan tikus," ujarnya.

Dia menilai jalan tikus tersebut dimanfaatkan PMI dari Malaysia masuk ke Indonesia sehingga personel TNI disiagakan untuk menjaga ribuan jalur tidak resmi tersebut.

Dia menjelaskan prajurit TNI yang mendapatkan PMI masuk ke wilayah Indonesia lewat jalur tikus kemudian diamankan untuk menjalankan pengecekan kesehatan.

Baca juga: Panglima: Ada 1.187 kasus COVID-19 di lingkungan TNI

Menurut dia, personel TNI melakukan pengecekan suhu tubuh dan para PMI bawa ke tempat perbatasan yang terdekat.

"Lalu mereka dilakukan screening untuk ditentukan tindakan apakah harus diisolasi atau diizinkan kembali ke kampung halamannya dengan melaksanakan isolasi mandiri," tuturnya.

Baca juga: TNI ajukan penambahan anggaran Rp3,2 triliun bantu tangani COVID-19

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020