Jadi warga bisa pesan secara online melalui Google Form dan nantinya kami mulai mendistribusikan langsung ke masyarakat lewat ojek online.
Bandung (ANTARA) - Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kampung Ciburial, Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menyediakan layanan secara daring untuk masyarakat di wilayah Bandung Raya yang akan membeli produk hasil bumi seperti sayur mayur untuk masyarakat semenjak pandemik COVID-19.

"Pemesanan online mulai kita layani sejak 27 Maret 2020. Jadi warga bisa pesan secara online melalui Google Form dan nantinya kami mulai mendistribusikan langsung ke masyarakat lewat ojek online. Kalau pesan sebelum jam dua siang pesanan akan kami kirim besoknya, kalau lewat dari jam dua siang maka dikirim lusa," Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, A Setia Irawan, ketika dihubungi melalui telepon dari Bandung, Jumat.

Irawan mengatakan penjualan sayuran secara online direspon positif oleh konsumen hal ini dibuktikan dengan omzet yakni dalam satu hari hampir 40 hingga 60 permintaan masuk melalui Google Form tersebut.

"Jadi harga yang kami cantumkan dalam Google Form sama dengan harga kita pasok ke supermarket, karena selama ini kita biasa memasok sayuran ke supermarket," kata dia.

Dia mengaku bersyukur ada sejumlah pihak yang mendukung usaha pemesanan sayuran secara online yang dikelola oleh Pesantren Al-Ittifaq.

"Alhamdulillah selama ini kita banyak dikelilingi orang-orang baik. Sepekan setelah dijalankan bisnis online melalui Google Doc, itu ada Pak Aji dari Kota Bandung yang menyatakan siap membantu kita. Beliau mewakafkan ilmunya untuk membuat aplikasi khusus untuk pemesanan sayur secara online milik Pesantren Al-Ittifaq," kata dia.

Selain menjadi pemasok sayuran segar untuk supermarket, Pesantren Al-Ittifaq juga merupakan pesantren percontohan yang ditunjuk Pemprov Jabar untuk membagikan ilmu tentang usaha agrobisnis kepada pesantren lain.

"Alhamdulillah pada September 2019 kami memberikan pelatihan magang One Product One Pesantren untuk 20 pesantren," kata dia.

Dari 20 pesantren, kata Irawan, ada 10 pesantren yang diarahkan oleh pihaknya untuk budidaya empon-emponan seperti jahe, kunyit, temulawak.

"Dan alhamdulillah saat ini ke-10 pesantren tersebut sedang menikmati hasil manis dari hasil budi daya mereka. Karena saat wabah COVID-19 permintaan terhadap empon-empon meningkat drastis," ujar dia.

Solusi Jangka Panjang

Sebagai salah satu pondok pesantren yang menjalankan usaha agrobisnis dan sering dimintai pendapatan oleh pemerintah daerah dan pusat, kata Irawan, seharusnya ada solusi jangka panjang yang seharusnya disiapkan oleh pemerintah terkait dampak pandemik COVID-19.

"Kekhawatiran selanjutnya ialah apa yang akan terjadi enam bulan ke depan atau setahun ke depan terkait COVID-19 ini. Kami berpikir pemerintah harus menguatkan sektor pangan berdasarkan kebutuhan masyarakat, jangan menanam yang tidak dibutuhkan masyarakat. Harus ada arah kebijakan yang tepat dari pemerintah," kata dia.

Pihaknya khawatir jika wabah COVID-19 berlangsung lama dan stok pangan tidak mencukupi maka akan terjadi kekacauan di masyarakat.

Dirinya juga menyayangkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku bisnis pertanin atau agronisnis tidak bisa dicairkan oleh pihak bank padahal di tengah wabah COVID-19 para petani membutuhkan suntikan modal ketika mendapatkan permintaan yang tinggi dari konsumen.

"Kami itu bukan minta modal tapi meminjam modal lewat KUR. Kalaupun itu diberikan akan kami kembalikan. Tapi pada kenyatanya itu tidak ada," kata Irawan.

Baca juga: Dampak corona, penjualan di Kedaisayur meningkat hingga 100 persen
Baca juga: Ada PSBB, penjual sayur daring jamin pengantaran pesanan dalam 48 jam


 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020