Jakarta (ANTARA) - Pejabat senior keamanan siber pada badan investigasi Amerika Serikat FBI mengatakan bahwa peretas dari pemerintahan di luar negaranya berusaha membobol perusahaan yang tengah melakukan penelitian COVID-19, Reuters melaporkan, Jumat.

Deputy Assistant Director FBI Tonya Ugoretz mengatakan kepada para peserta dalam diskusi panel secara daring yang diselenggarakan oleh Aspen Institute, bahwa FBI baru-baru ini melihat peretas yang didukung negara mencari-cari serangkaian lembaga kesehatan dan lembaga penelitian.

Baca juga: "Malware" soal virus corona terbanyak di Bangladesh, kalau Indonesia?

Baca juga: Waspada penjualan masker dalam tautan email


"Kami tentu saja telah melihat kegiatan pengintaian, dan beberapa intrupsi, pada beberapa lembaga tersebut, terutama mereka yang telah mengumumkan tengah melakukan penelitian terkait COVID-19," ujar Ugoretz.

Ugoretz mengatakan masuk akal bagi lembaga yang tengah melakukan penelitian untuk menjanjikan vaksin yang potensial untuk diumumkan di depan umum.

Namun, dia berkata, "sisi buruknya adalah bahwa hal itu membuat mereka menjadi target bagi negara lain yang tertarik untuk mengumpulkan detail tentang apa yang sebenarnya mereka lakukan dan bahkan mungkin mencuri informasi dari lembaga-lembaga tersebut."

Ugoretz mengatakan bahwa peretas yang didukung negara sering menargetkan industri bio farmasi, namun "pasti akan meningkat selama krisis ini." Meski begitu, dia tidak menyebutkan nama negara tertentu atau mengidentifikasi organisasi yang ditargetkan.

"Organisasi yang melakukan penelitian medis dan orang-orang yang bekerja untuk mereka harus waspada terhadap pelaku ancaman yang berusaha mencuri kekayaan intelektual atau data sensitif lainnya yang terkait dengan respons Amerika terhadap pandemi COVID19," ujar Director of the National Counterintelligence and Security Center, Bill Evanina.

Baca juga: Ukraina minta bantuan FBI untuk selidiki dugaan peretasan oleh Rusia

Baca juga: FBI khawatirkan aplikasi FaceApp yang buatan Rusia

Baca juga: Google temukan lebih dari 18 juta malware terkait COVID-19

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020