Jakarta (ANTARA News) - Para pemimpin negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Korea Selatan menegaskan kembali kutukannya terhadap uji coba nuklir yang dilakukan oleh Pemerintah Korea Utara beberapa waktu lalu.

Menurut keterangan dari Sekretariat ASEAN di Jakarta, Selasa, hal itu dikemukakan dalam pertemuan tingkat kepala negara/pemerintahan untuk memperingati hubungan ke-20 ASEAN dan Korea Selatan di Pulau Jeju, Korsel, 1-2 Juni 2009.

Para kepala negara/pemerintahan itu menekankan bahwa denuklirisasi di Semenanjung Korea melalui penyelesaian isu nuklir Korea Utara secara damai adalah hal yang paling utama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

Mereka juga mengungkapkan dukungan penuhnya kepada perundingan Six Party Talks untuk menyelesaikan isu nuklir Korut yang terdiri dari Korea Selatan, Korea Utara, AS, China, Jepang, dan Rusia.

Para pemimpin itu juga mengemukakan keinginan mereka bahwa Forum Kawasan ASEAN, sebagai forum keamanan utama kawasan yang meliputi negara-negara ASEAN dan seluruh negara anggota Six Party Talks, dapat berkontribusi pada keberlangsungan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.

Sebelas kepala negara/pemerintahan itu, termasuk Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mendorong seluruh pihak untuk terus berusaha mewujudkan perdamaian dan stabilitas itu.

KTT itu merupakan perayaan 20 tahun hubungan ASEAN dan Korea Selatan yang akan dihadiri oleh para kepala negara dan kepala pemerintahan dari ke-10 negara anggota ASEAN dan Korea Selatan.

Dalam KTT itu Korea Selatan mendukung usaha ASEAN untuk menciptakan "Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN)" dan zona bebas nuklir di kawasan Asia Tenggara.

ASEAN juga mendukung usaha Korea Selatan dalam kerangka Six-Party Talks untuk menyelesaikan permasalahan nuklir di Korea Utara secara damai.

Pada Mei 2009, Korut meluncurkan satu rudal jarak pendek di lepas pantai timurnya, atau yang keenam sejak negara itu melakukan ujicoba nuklir.

Uji coba nuklir yang memperoleh kecaman dari negara-negara tetangganya di kawasan Asia Timur itu dikhawatirkan sejumlah pihak dapat memicu perlombaan senjata di kalangan negara-negara tetangga Asianya, sebagai konsekuensi bagi kestabilan kawasan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009