Membuka kembali jalur dagang jadi risiko yang akan saya tanggung, karena jika (wabah) semakin memburuk, saya juga yang akan disalahkan
Brasilia (ANTARA) - Presiden Brazil Jair Bolsonaro pada Jumat (17/4) mengatakan ia ingin kembali membuka perbatasan demi memulihkan kembali perekonomian dan menyebut dirinya mungkin disalahkan apabila dampak penyebaran COVID-19 yang baru kian memburuk.

Bolsonaro memecat menteri kesehatannya, Luiz Henrique Mandetta, Kamis (16/4), setelah keduanya berbeda pendapat mengenai kebijakan pembatasan. Presiden meyakini pembatasan menyebabkan perekonomian terpuruk sehingga perlu dipulihkan kembali.

Walaupun demikian, Bolsonaro, politisi populis sayap kanan pada Jumat mengatakan pembatasan bukan lagi wewenang dirinya setelah Mahkamah Konstitusi menyatakan aturan itu merupakan wewenang gubernur dan wali kota.

Namun, regulasi di perbatasan merupakan wewenang Bolsonaro. Ia menjelaskan dirinya telah berdiskusi dengan Menteri Hukum Sergio Moro, terkait rencana membuka kembali perbatasan darat dengan Uruguay dan Paraguay.

Baca juga: Pemimpin pertanian Meksiko sebut keamanan "kelemahan" pasokan pangan
Baca juga: Gubenur Meksiko: "orang miskin" kebal virus corona
Baca juga: Meksiko bergelut dengan COVID-19 di tengah masalah obesitas, diabetes


"Membuka kembali jalur dagang jadi risiko yang akan saya tanggung, karena jika (wabah) semakin memburuk, saya juga yang akan disalahkan," kata Bolsonaro saat upacara pelantikan menteri kesehatan baru, Nelson Teich.

Demi menekan penularan virus, Brazil pada bulan lalu sempat menutup perbatasan untuk warga negara asing. Perbatasan tetap dibuka untuk pengiriman kargo.

Pemerintah Brazil juga menarik seluruh staf diplomatiknya dari Venezuela, Jumat, setelah Bolsonaro memberikan perintah pemulangan itu, kata Kementerian Luar Negeri melalui pernyataan tertulis.

Kamar Dagang Luar Negeri Brazil, Camex, pada Jumat, juga menghapus pajak impor pada 141 jenis produk perlengkapan medis dan rumah sakit sehingga saat ini ada 313 produk yang dibebaskan bea masuknya demi membantu upaya penanggulangan COVID-19.

Sejumlah ahli kesehatan mengatakan wabah COVID-19 di Brazil belum mencapai puncaknya, meskipun jumlah pasien positif dan korban jiwa di negara itu jadi yang tertinggi di Amerika Latin. Jumlah pasien positif COVID-19 di Brazil juga terus meningkat pesat.

Brazil telah melaporkan 33.682 pasien positif COVID-19 dan 200 di antaranya meninggal dunia pada empat hari berturut-turut. Total korban tewas akibat COVID-19 per Jumat mencapai 2.141 orang, demikian data dari Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, Gubernur Sao Paulo, Joao Doria, yang sempat bersitegang dengan Bolsonaro terkait kebijakan karantina, pada Jumat memperpanjang penerapan isolasi wilayah di negara bagian itu sampai 10 Mei.

Akan tetapi, tanda yang terlihat pada beberapa pekan terakhir menunjukkan kemungkinan ada pelonggaran pembatasan, mengingat hanya 49 persen warga mematuhi kebijakan tersebut, kata analis pemerintah Sao Paulo yang memeriksa data gawai masyarakat, Kamis.

Menteri Kesehatan baru, Teich, mengatakan penanggulangan wabah dapat kian sulit pada beberapa bulan ke depan mengingat adanya ancaman demam berdarah dan influenza.

Sumber: Reuters

Baca juga: Meksiko minta tenaga medis 60 tahun lebih tidak tangani COVID-19
Baca juga: Liga Meksiko mainkan turnamen eSport untuk isi waktu kosong

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020