Alat tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test/RDT) yang dikembangkan tim dari ITB dan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung itu berbasis teknik resonansi plasmon permukaan atau surface plasmon resonance (SPR) yang akan fokus untuk mendeteksi anti
Jakarta (ANTARA) - Peneliti yang juga Dosen Teknik Biomedika Institut Teknologi Bandung (ITB) Isa Anshori mengatakan alat tes cepat micro-chip buatan Indonesia yang saat ini sedang dikembangkan akan mampu mendeteksi COVID-19 dalam waktu kurang dari satu jam

"Untuk proses deteksi dari pengambilan sampel hingga keluarnya data respon dari SPR (resonansi plasmon permukaan) reader, kami perkirakan bisa dalam waktu kurang dari 1 jam," kata Isa kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Alat tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test/RDT) yang dikembangkan tim dari ITB dan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung itu berbasis teknik resonansi plasmon permukaan atau surface plasmon resonance (SPR) yang akan fokus untuk mendeteksi antigen, yaitu virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.

Oleh karenanya, metode ini dapat digunakan untuk deteksi dini (early detection) pada periode awal infeksi berlangsung.
Baca juga: Kacamata pintar ini bisa mendeteksi virus corona
Baca juga: Fujifilm sebut alat tes baru corona keluarkan hasil dalam dua jam


Pengerjaan atau fabrikasi RDT micro-chip untuk deteksi COVID-19 dilakukan oleh tim ITB dan Universitas Padjajaran (Unpad) untuk membantu Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19), suatu satuan tugas yang diinisiasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

BPPT membantu dalam hal akses ke sampel yang dibutuhkan selama tahap pengembangan dan akses ke fasilitas lab atau rumah skit tempat pengujian swab nantinya.

Isa menuturkan metode pada RDT micro-chip berbeda dengan RDT IgG IgM yang juga sedang dikembangkan oleh TFRIC19 untuk deteksi COVID-19.

Pada metode RDT IgG IgM, yang dideteksi adalah antibodi Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM) yang terbentuk sebagai respon tubuh penderita terhadap virus. Antibodi ini baru muncul setelah tujuh hari, sehingga metode tersebut masuk pada kategori "late detection".
Baca juga: Sembilan lab medik dan 25 lab penguji mampu deteksi virus corona
Baca juga: Alat tes corona ini bisa deteksi virus dalam lima menit

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020