Hargai keringat kami dengan cara patuhi anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah
Jakarta (ANTARA) - Dari balik balutan masker dan jubah pelindung hazmat, suaranya bergetar saat mengucap kerinduan menyambut ibadah Ramadhan 1441 Hijriyah sekitar beberapa hari ke depan.

Justru risau yang hinggap di benak Imang Maulana (42), petugas pemulasaran jenazah COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

Sebulan terakhir ini memang menjadi situasi yang sangat melelahkan bagi pria berstatus pekerja Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) di Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta itu.

"Kami sudah amat sangat lelah, memakamkan korban, menggali dan menutup liang lahat yang silih berganti setiap hari," katanya.

Proses pemakaman terbanyak pasien COVID-19 di Blok AA1 Blad 91, TPU Pondok Ranggon, Cibubur dirasakan Imang terjadi pada pekan kedua dan ketiga April 2020.

Baca juga: Pemprov DKI pastikan petugas pemakaman dibekali APD

Meskipun otoritas setempat tidak terbuka pada informasi data jumlah jasad COVID-19 yang dimakamkan, namun informasi terakhir hingga kurun 1 April 2020 tidak kurang dari 175 jasad dimakamkan di TPU Pondok Ranggon.

Garda terakhir
Imang masih ingat betul pada situasi ketika dia dan lima rekannya melayani pemakaman jasad COVID-19 dalam guyuran hujan lebat di malam hari.

"Pada saat itu jam 21.30 WIB, kami melakukan pemakaman jasad COVID-19 di tengah hujan lebat dan jalan yang licin. Kami tidak hiraukan, yang penting kami melaksanakan tugas dan kewajiban kami," katanya.

Petugas pemulasaran menjadi garda terakhir dalam penanganan COVID-19 setelah dokter menyatakan pasien meninggal dunia.

Berpacu dengan waktu, petugas pemulasaran harus segara melakukan penanganan lanjutan terhadap jenazah agar dapat dimakamkan tanpa melebihi batas waktu maksimal tiga hingga empat jam.

Dalam penggunaan lahan TPU untuk makam dikelompokkan berdasarkan agama yang dianut oleh orang yang meninggal.
 
Petugas Dinas Pemakaman DKI Jakarta dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) mengevakuasi jenazah meninggal dalam mobil di Jalan Raya Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (10/4/2020). (ANTARA/Devi Nindy)

Baca juga: DKI siapkan dua TPU

Kemudian ukuran tanah untuk makam digali maksimal 2,5 x 1,5 meter dengan kedalaman sekurang-kurangnya 1,5 meter dari permukaan tanah.

Pada awalnya alat pelindung diri yang didapat Imang pun sangat terbatas jumlahnya. Kadang, jas hujan plastik difungsikan sebagai hazmat, tanpa balutan masker dan sarung tangan.

"Ingat betul pada 16 Maret 2020, sebulan lebih kami memakamkan jenazah COVID-19. Awalnya takut yang kami rasakan, karena saya teman-teman mendapatkan cerita yang menakutkan tentang Corona," katanya.

Tapi apa boleh buat, tugas sudah telanjur diemban. Sebagai PJLP pemakaman, apapun risikonya ditempuh Amang untuk memakamkan jenazah.

Beberapa kali mobil ambulans yang dikendarai mereka juga mengalami slip di bagian ban saat melaju di atas jalan berlumpur dan licin.

Di tengah derasnya hujan, beberapa dari mereka harus turun untuk mendorong kendaraan agar kembali berjalan.

Baca juga: Anies sebut petugas pemakaman COVID-19 juga terima insentif

"Itu yang bikin kami amat lelah, hingga jam kerja kami dari semula delapan jam, menjadi 24 jam penuh sejak ada pandemi COVID-19 ini," katanya.

Ibadah Ramadhan
Kini tinggal kurang dari sepekan lagi bulan yang penuh rahmat dan ampunan bagi umat muslim itu tiba.

Imang pesimistis aktivitas beribadah secara khusyuk di masjid hingga berburu takjil bersama keluarga menjelang kumandang adzan Maghrib bisa kembali dilakukan di tengah pandemi COVID-19.

"Kami juga manusia yang memiliki keluarga, punya anak. Kami ingin santai bekerja seperti biasanya. Bercanda dengan keluarga, bersenda gurau dengan anak-anak kami," katanya.

Tapi manakala musibah COVID-19 tiba, waktu Imang harus terfokus pada pelayanan pemakaman jenazah.

Tim Gugus COVID-19 DKI Jakarta yang dikutip dari laman corona.jakarta.go.id mencatat jumlah pemakaman yang mengikuti prosedur tetap COVID-19 hingga 15 April 2020 sudah mencapai 1.035 jenazah.
Jumlah tersebut dicatat sejak laporan pertama pada 6 Maret 2020.

Hingga Rabu (15/4) dilaporkan ada 26 jenazah dikubur dengan Protap COVID-19. Angka tersebut turun dari sehari sebelumnya dengan jumlah 46 jenazah.
 
Polda Metro Jaya membentuk tim khusus beranggotakan 60 personel untuk mengawal proses pemakaman jenazah terpapar virus corona atau COVID-19 di wilayah hukum Polda Metro Jaya. ANTARA/Polda Metro Jaya

Baca juga: Pelaku penolakan pemakaman jenazah COVID-19 dijerat pasal berlapis

Anjuran agar tetap berdiam diri di rumah selama masa pandemi yang bagi sebagian orang terasa menyiksa, sesungguhnya adalah harapan bagi petugas pemulasaran.

"Hargai keringat kami dengan cara patuhi anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah. Apalagi sekarang mau Ramadhan, kami pun ingin kembali Shalat Tarawih bersama, beribadah dengan khusuk di masjid dan jenazah tidak berdatangan lagi," kata Imang.

Undang simpati
Meski peran petugas pemulasaran jarang terekspos di publik, namun pelayanan pada garda terakhir COVID-19 rupanya mengundang simpati dari berbagai kalangan.

Forum Komunikasi Pimpinan Kota (FORKOPIMKO) Jakarta Timur baru-baru ini membagikan 160 paket sembako, 160 alat perlengkapan diri (APD) dan 160 cairan pembersih tangan kepada petugas makam TPU Pondok Ranggon.

Bantuan itu khusus diberikan kepada petugas penanganan COVID-19, untuk mendukung pelayanan pemakaman.

Wali Kota Administrasi Jakarta Timur M Anwar, mengajak masyarakat untuk tidak melupakan jasa garda terakhir dalam penanganan khusus korban COVID-19 yang juga berisiko tinggi penularan.

"Mereka pasti jarang bertemu keluarga di rumah karena tugas yang dijalankan,” ujar Anwar.

Ia berharap, bantuan yang diberikan dapat bermanfaat dan menjaga diri dari penularan COVID-19.

Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Arie Ardian Rishadi mengatakan, selama ini fokus bantuan diberikan kepada warga yang tidak mampu.

"Tapi kali ini diberikan kepada petugas makam. Di samping jam kerja para petugas makam khusus COVID-19 ditambah hingga pukul 22.00 WIB dan risiko pekerjaan cukup tinggi karena resiko penularan dari pemakaman korban COVID-19, untuk itu kami peduli dan berbagi kepada mereka,” ujar Arie.

Ia berharap, para petugas makam yang menangani COVID-19 diberi kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya.

Arie pun meminta warga meningkatkan kepedulian kepada para petugas yang menangani COVID-19 secara langsung, seperti petugas makam.

"Saya berharap kepada seluruh warga masyarakat yang masih berkeliaran tidak berada di rumah, tolong tanamkan rasa kepedulian bagi mereka petugas pemakaman Covid-19," katanya.
 

Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020