pemilihan bahan makanan bergizi dengan harga yang terjangkau menjadi perhatian khusus
Jakarta (ANTARA) - Para orang tua diminta untuk semakin memperhatikan kebutuhan gizi anak pada saat pandemi COVID-19, kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr Kirana Pritasari MQIH.

"Pemenuhan gizi anak harus tetap diperhatikan untuk menjaga imunitas anak agar terhindar dari infeksi virus COVID-19," ujar dr Kirana Pritasari MQIH, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan makan anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi dan imunitasnya.

"Dengan asupan makan yang cukup baik jumlah, jenis, dan frekuensinya maka imunitas akan terjaga sehingga anak mampu menangkal penyakit infeksi, atau setidaknya bila terlanjur terinfeksi maka dapat cepat sembuh kembali," tambah Kirana.

Anak yang tertular COVID-19 akan menjadi lebih berisiko, ketika anak memiliki penyakit penyerta seperti pneumonia. Dengan demikian mempertahankan status gizi anak jangan sampai turun bagi yang normal, dan memperbaiki status gizi pada anak-anak gizi kurang dan buruk menjadi sangat penting, katanya.

Baca juga: Kemenkes : Anak kekurangan gizi rentan alami penyakit infeksi

Baca juga: Anak keluarga perokok cenderung kekurangan asupan gizi, kata peneliti


Kirana mengingatkan keterbatasan penghasilan orang tua dapat memberikan efek domino yang menyebabkan penurunan daya beli. "Bila tidak diimbangi dengan kemampuan ibu memilah makanan bergizi sesuai kemampuan dapat berdampak terhadap asupan makan anak yang mempengaruhi status gizinya."

"Oleh karena itu, ketersediaan pangan di rumah tangga dan pengetahuan orang tua terhadap pemilihan bahan makanan bergizi dengan harga yang terjangkau menjadi perhatian khusus," katanya.

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat mengatakan stunting dan gizi buruk sama berbahayanya dengan COVID-19.

"Jika bicara dampak jangka panjang, stunting jelas lebih berbahaya. Anak yang terkena stunting sepanjang hidupnya akan dihantui gangguan kesehatan, kurang produktif hingga menjadi beban bagi keluarga," kata Arif.

Arif berharap pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dapat lebih memperhatikan aspek kesehatan keluarga terutama pemenuhan gizi anak. "Kita perlu mengapresiasi berbagai upaya masyarakat menggalang bantuan. Tapi yang perlu diingat adalah jangan sampai paket-paket sembako yang dibagikan ke masyarakat justru berisiko terhadap kesehatan anak pada masa depan." 

Ia menambahkan sudah menjadi kebiasaan masyarakat memberikan produk-produk instan dan tinggi gula di dalam paket sembako, seperti mie instan, ikan kaleng, hingga susu kaleng atau kental manis.

Dari pada memberikan anak makanan instan, lebih baik masyarakat memanfaatkan bahan makanan yang banyak disediakan di lingkungan sekitar.

"Banyak masyarakat mengeluh pandemik mengakibatkan pendapatan keluarga berkurang, sementara ada kebutuhan susu untuk anak. Disini saya ingatkan, asupan protein untuk anak bisa di dapat dari bahan-bahan pangan lokal disekitar kita. Daun kelor misalnya, selain tinggi protein juga kaya dan vitamin C. Protein ini juga bisa diperoleh dari tempe, tahu dan telur," tambahnya.

Baca juga: Pakar: Pengetahuan tentang gizi harus diajarkan sejak dini

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020