Sampai dengan tadi malam perpindahannya itu. Artinya, tidak ada sejauh ini yang keluar dari klaster yang kita tracing
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut adanya penambahan jumlah pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Kota Pahlawa, Jawa Timur, setiap harinya merupakan hasil dari sistem tracing atau melacak.

"Melalui sistem ini diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Surabaya," kata Wali Kota Risma di Balai Kota Surabaya, Senin.

Menurut dia, pihaknya terus melakukan tracing kepada pasien Surabaya yang terkonfirmasi COVID-19. Saat pasien tersebut diketahui positif, maka saat itulah dinas terkait langsung melacak perjalanan pasien sebelum hingga sesudah pasien dinyatakan terkonfirmasi.

Baca juga: Polisi di NTB bantu pemerintah lacak perjalanan warga PDP COVID-19

Ia menjelaskan penambahan angka positif pasien itu sebenarnya bukan dari klaster baru melainkan peningkatan status dari penambahan angka pasien orang dalam pemantauan (ODP), pasien dengan pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG).

"Seperti kemarin ada orang dalam resiko (ODR) ada yang positif. Itu hasil yang memang sudah kita tracing semua," ujarnya.

Baca juga: Dinkes Bantul lacak warga kontak dengan dua pasien positif COVID-19

Berdasarkan data Pemkot Surabaya hingga Sabtu (18/4) jumlah pasien yang mengalami peningkatan status yakni ODP mengalami peningkatan status menjadi konfirmasi sebanyak 4 orang, pasien PDP mengalami peningkatan status sebanyak 206 pasien dan terakhir 60 orang pasien OTG mengalami perubahan status terkonfirmasi.

"Sampai dengan tadi malam perpindahannya itu. Artinya, tidak ada sejauh ini yang keluar dari klaster yang kita tracing," kata Risma.

Baca juga: Cegah COVID-19 meluas, pemerintah lacak kontak dekat ke pasien 3 dan 4

Presiden Asosiasi Pemerintah Kota se-Asis Pasific ini juga menjelaskan hasil monitoring per tanggal 18 April 2020 yakni pasien terkonfirmasi sebanyak 270 orang dengan rincian 102 pasien dirawat inap, 94 rawat jalan, 45 pasien sembuh, dan 29 orang yang meninggal.

"Berikutnya, untuk pasien PDP berjumlah 703 pasien, dengan rincian 259 rawat jalan, 216 rawat inap, selesai dipantau atau sembuh sebanyak 226 dan 2 pasien meninggal," katanya.

Selanjutnya, kata dia, untuk pasien yang bertatus sebagai ODP dengan rincian 953 rawat jalan, 110 rawat inap, sembuh 743 dan nol pasien yang meninggal. Sehingga, total ODP sebanyak 1.806 pasien, untuk pasien OTG dengan total 584 pasien terdiri dari 224 rawat jalan, 360 sembuh dan nol yang meninggal.

"Terakhir untuk pasien ODR jumlahnya sebanyak 4.270 terdiri dari 3.987 rawat jalan dan 283 sembuh. Kita punya nama alamat yang jelas kita awasi mereka dengan jelas juga," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, saat beberapa waktu lalu pasar Kapasan dan Pusat Grosir Surabaya (PGS) dilakukan penutupan, sebenarnya terdapat pasien yang terkonfirmasi. Makanya, semua orang yang berada di dua pasar tersebut statusnya ditetapkan sebagai ODP.

Terlepas dari semua itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya tidak tinggal diam. Berbagai intervensi terus dilakukan bagi semua pasien yang rawat jalan, di antaranya memberikan permakanan rutin sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, serta kebutuhan pribadi seperti alat mandi.

"Kami juga menyiapkan hotel khusus untuk isolasi mandiri bagi pasien rawat jalan," katanya.
 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020