Makassar (ANTARA) - Pada 24 Januari 2020, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan dr Nurul Amir terdengar masih begitu optimistis jika Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) tidak akan menyengsarakan masyarakat Indonesia khususnya di Sulsel.

Suaranya dibalik telepon seluler saat dikonfirmasi terkait kesiapan tempatnya mengabdi di Dinas Kesehatan Sulsel dalam menghadapi ancaman wabah asal China itu, juga masih terdengar begitu jelas.

Bahkan intonasinya saat itu terdengar tidak ada tekanan ataupun ketakutan. Tentu agak susah memahami atau mengetahui isi hati orang, apakah memang menjadi keyakinan dalam dirinya ataukah merupakan cara dan upayanya agar masyarakat tidak kekhawatiran.

"Alhamdulillah sejauh ini tidak ada kasus virus Corona di Indonesia dan semoga terus demikian," kata dia ketika itu.

Wanita berhijab ini kemudian menjelaskan secara gamblang tentang apa-apa saja yang tengah dipersiapkan di tempatnya bekerja untuk mencegah masuknya virus corona baru itu di Sulawesi Selatan.

Ia kemudian membeberkan langkah-langkah yang akan dan sudah dijalankan agar virus berbahaya itu tidak sampai merasuki atau menetap di badan atau tubuh masyarakat di 24 Kabupaten/kota di Sulsel.

Dimulai dari melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak, baik dinas perhubungan, otoritas bandara dan pelabuhan untuk memperketat keluar masuknya penumpang.

Baca juga: MUI Sulsel imbau umat ikuti seruan agar sementara tidak ziarah kubur

Baca juga: Satgas covid-19 Unhas survei pemetaan sosial ekonomi rumah tangga



WNI dari Wuhan

Pihaknya bersama seluruh pemangku kepentingan melakukan pengawasan ketat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dengan melakukan proses pendeteksian terhadap orang yang masuk, meski penerbangan langsung internasional di Bandara Makassar hanya dari dua negara, yakni penerbangan dari Jeddah, Arab Saudi dan Malaysia.

Begitupun di Pelabuhan Soekarno Hatta, juga telah ada tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi COVID-19 kepada penumpang.

Ia memahami penerbangan langsung dari China ke Sulsel memang belum ada, namun ancaman itu begitu besar dari penerbangan dari Malaysia dan Singapura ke Indonesia.

"Jadi kita perlu antisipasi, siapa tahu ada yang lolos. Apalagi pemantauan kesehatan yang kita lakukan kepada masyarakat memang sudah menjadi kegiatan rutin," ujarnya.

Dia kembali turun langsung saat kedatangan sebanyak 17 WNI asal Sulawesi Selatan usai menjalani observasi di Natuna untuk mendampingi keluarga WNI.

"Jadi mereka (WNI dari Wuhan) memilih dijemput langsung oleh keluarga masing-masing di Makassar. Jadi tidak ada proses penjemputan khusus seperti halnya jamaah haji," katanya.

Perempuan berkacamata ini menambahkan, Dinkes Sulsel tidak melakukan pengawasan kepada WNI setelah mereka tiba di daerah masing-masing. Alasannya karena kondisi mereka sudah dinyatakan sehat dan tidak terjangkit COVID-19.

Ia juga menyampaikan agar masyarakat tidak khawatir ataupun takut dengan para WNI asal Wuhan karena memang sudah diobservasi dan dinyatakan tidak ada masalah kesehatan.

Dinkes juga menegaskan tidak memberikan pengawasan terhadap para WNI tersebut setelah pulang di daerah masing-masing.

"Jadi tidak usah khawatir karena memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya saja langsung berpelukan dengan mereka (perempuan) karena memang tidak ada masalah yang harus dikhawatirkan," kata dia.

Pemantauan Kesehatan terhadap masyarakat memang sudah dilakukan secara rutin. Namun, dengan merebaknya virus Corona asal China itu membuat Dinkes di daerah semakin sigap melakukan pengecekan khususnya kepada warga asing.

Baca juga: Pemkab Gowa siapkan proposal penerapan PSBB

Baca juga: Wagub ingatkan pentingnya intervensi karantina dalam penerapan PSBB



Menunjuk RS rujukan

Dalam kesempatan wawancara melalui aplikasi WhatsApp, dr Nurul menjelaskan persiapannya yakni menunjuk RS Wahidin Sudirohusodo sebagai tempat rujukan jika ditemukan pasien terduga terjangkit virus Corona asal China.

RS Wahidin Sudirohusodo sebelumnya memang sudah memiliki pengalaman dalam penanganan penyakit akibat virus SARS-CoV dan MERS.

"Kami siapkan semua pusat kesehatan yang ada. Soal rumah sakit rujukan, sesuai pengalaman kita tempatkan di RS Wahidin," katanya.

Ia menjelaskan sesuai pengalaman lalu, maka kalau ada kasus dicurigai untuk ditindaklanjuti maka akan langsung dibawa ke RS Wahidin Sudirohusodo.

Selanjutnya pasien diduga terinfeksi akan ditempatkan di ruang khusus yang sudah disterilkan.

Sudah ada standar operasional prosedur (SOP) sebagai langkah antisipasi. Dinkes juga memperkuat koordinasi dengan Kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang di bandara dan pelabuhan dan dinas kesehatan di setiap daerah sebagai langkah antisipasi.

Baca juga: Dinkes sarankan dokter batasi jadwal praktik

Baca juga: Kadis Kesehatan: 66 orang positif COVID-19 di KM Lambelu



Jangan panik

Posisinya sebagai Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Sulawesi Selatan membuat Ia menjadi garda terdepan dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penyakit berbahaya.

Nurul memberikan tips yang perlu dilakukan masyarakat, yakni berupaya menjaga kondisi kesehatan agar tidak mudah tertular virus penyakit.

"Masyarakat harus lebih perhatian terhadap kesehatan seperti rajin mencuci tangan, makan makanan yang bergizi dan rajin berolahraga agar tidak gampang tertular virus," ujarnya.

Selain itu, masyarakat diharapkan bisa melakukan karantina sendiri jika mengalami sakit atau kondisi tubuh atau imunitas tubuh menurun.

Karantina diri sendiri bila batuk atau flu, jangan ke tempat yang ramai yang berpotensi besar menularkan penyakit ke orang lain atau memakai masker dan pelindung lain agar sakit tidak menular.

"Jadi kalau kita sakit bukan hanya kasus ini (COVID-19) tapi penyakit lain juga, semua itu untuk perlu upaya pencegahan," ujarnya.

Berdasarkan data terakhir Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sulsel pada pukul 12:57, Selasa (21/04) melalui laman resminya mencatat Orang Dalam Pemantauan (ODP)  sebanyak 753 orang, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 282 orang yang masih dirawat.

Sedangkan 270 pasien positif tengah dirawat dari total pasien 369 orang. 70 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 29 orang meninggal dunia.*

Baca juga: Unhas respon aduan mahasiswa soal kebutuhan pokok

Baca juga: Gubernur Sulsel pastikan kebutuhan pangan aman tiga bulan ke depan

 

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020