COVID-19 cukup berdampak bagi nelayan. Harga ikan jatuh sehingga pendapatan nelayan turun
Jakarta (ANTARA) - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tegal, Warnadi mengharapkan pemerintah dapat membeli hasil tangkapan nelayan di harga normal dalam rangka menjaga keberlangsungan aktivitas hulu di industri perikanan nasional.

"COVID-19 cukup berdampak bagi nelayan. Harga ikan jatuh sehingga pendapatan nelayan turun. Kami minta pemerintah beli produk kami sehingga teman-teman tidak terpuruk," ujar Warnadi dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan bahwa harga tangkapan nelayan turun hingga 50 persen. Alhasil, kondisi itu tidak menutupi modal nelayan sehingga banyak yang mengalami rugi.

"Kegiatan nelayan memang masih dilaksanakan, namun harga tangkapan turun hingga 50 persen. Misal harga ikan teri yang semula Rp10 ribu per kilo gram menjadi Rp5 ribu, rajungan menjadi Rp40 ribu per kg dari sebelumnya sekitar Rp80 ribu per kg, dan udang juga turun menjadi Rp40 ribu per kg," paparnya.

Kondisi itu, lanjut dia, membuat sebagian besar enggan melaut sehingga membuat ekonomi nelayan semakin terpuruk, terutama nelayan dengan kapal di bawah 30 gros ton (GT).

"Kegiatan nelayan memang masih dilaksanakan bagi nelayan yang masih memiliki modal dan secara ekonomi masih baik. Sedangkan yang pas-pasan itu, untuk menutup biaya melaut sangat susah sehingga kebanyakan mereka tidak beraktivitas," ucapnya.

Sementara nelayan di atas 30 GT, Warnadi mengatakan kondisinya pun tidak berbeda jauh karena harga hasil tangkapannya pun tidak sebaik saat kondisi normal.

"Kapal di atas 30 GT itu aktivitas di luar negeri, saat mereka pulang dari melaut mereka harus di karantina sehingga praktis ya kondisinya sama dengan nelayan kecil," katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Forum Awak Kapal Perikanan Bersatu Bitung, Arnon Hiborang. Ia mengatakan hasil tangkapan nelayan di Bitung pun mengalami penurunan cukup drastis.

"Kondisinya tidak berbeda jauh dengan nelayan di Pulau Jawa. Banyak perusahaan perikanan juga yang tutup. Jadi, dampak COVID-19 cukup tekan nelayan dan ABK di kota Bitung," katanya.

Ia mengemukakan bahwa harga ikan tuna juga mengalami tekanan hingga 50 persen. "Tuna biasanya sekitar Rp60 ribu per kg menjadi Rp30 ribu per kg," ucapnya.

Dalam kesempatan sama, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Nilanto Perbowo mengatakan pihaknya bakal mendorong BUMN bidang perikanan, yakni PT Perikanan Nusantara dan Perum Perindo untuk menyerap tangkapan nelayan dengan harga normal.

"Kami juga semaksimal mungkin agar harga produsen tidak di bawah harga produksi. Kita dorong BUMN perikanan, nanti BUMN perikanan melalui instrumen tertentu akan menyerap hasil produksi nelayan," ucapnya.

Baca juga: KKP-Kementerian BUMN konsepkan penyerapan tangkapan hasil nelayan
Baca juga: KKP tekankan pentingnya penyerapan ikan saat pandemi COVID-19

Baca juga: Kiara: Nelayan termasuk kelompok rentan hadapi COVID-19

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020