Tokyo (ANTARA) - Jumlah awak kapal pesiar berbendera Italia, Costa Atlantica, yang dinyatakan positif tertular SARS-CoV-2, virus corona jenis baru penyebab COVID-19, bertambah jadi 19 orang, kata otoritas di Prefektur Nagasaki, Jepang, Jumat.

Di tengah pemeriksaan terhadap ratusan awak kapal, banyak pihak bertanya mengenai cara dan kapan para awak kapal itu dipulangkan ke negara masing-masing.

Otoritas di Nagasaki telah memeriksa separuh dari 623 total awak kapal Costa Atlantica. Tenaga medis setempat berusaha mempercepat pemeriksaan awak kapal lainnya setelah satu dari mereka dinyatakan positif tertular virus minggu ini.

Temuan kasus positif pada awak kapal itu membuat banyak pihak khawatir COVID-19 dapat menyebar ke wilayah Nagasaki dan membuat layanan kesehatan setempat kewalahan.

Pemerintah mengatakan awak kapal yang dinyatakan negatif tertular virus akan dipulangkan ke negaranya. Keputusan itu disambut baik banyak pejabat pemerintah di Prefektur Nagasaki.

"Kami berusaha menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," kata salah satu pejabat lewat jumpa pers yang ditayangkan melalui sambungan Internet, Jumat. Namun, prosedur dan waktu pemulangan belum ditentukan otoritas terkait.

Kapal pesiar Costa Atlantica dibawa oleh unit usaha Mitsubishi Heavy Industries ke galangan kapal di Nagasaki untuk perbaikan setelah jadwal perawatan rutin di China dibatalkan akibat pandemi.

Peristiwa yang banyak diberitakan pada minggu ini membuat sejumlah orang membandingkan situasi di Nagasaki dengan insiden Kapal Diamond Princess yang sandar di Yokohama dua bulan lalu. Saat itu, lebih dari 700 penumpang dan awak kapal Diamond Princess dinyatakan positif tertular COVID-19.

Otoritas di Nagasaki telah mengarantina awak kapal Costa Atlantica saat tiba di Jepang. Pemerintah setempat juga memerintahkan awak kapal untuk tidak ke luar dermaga kecuali ingin ke rumah sakit.

Namun, beberapa pejabat setempat pada minggu ini mengatakan mereka baru mengetahui sejumlah awak ke luar kapal tanpa sepengetahuan mereka. Saat ini, pemerintah masih mencari informasi mengenai aktivitas mereka di luar kapal.

Seorang pegawai Mitsubishi menerangkan ia masih menggali informasi dari operator kapal Costa Atlantica, Costa Cruises. Ia berharap dapat membagi temuannya pada minggu ini.

Dua kapal lainnya yang dikelola Costa Cruises, yaitu Costa Serena dan Costa Neoromantica, dengan total awak 1.000 orang juga sandar di Nagasaki. Dua kapal itu dijadwalkan berlayar pada akhir April.

Sejauh ini tidak ada pemeriksaan COVID-19 di dua kapal itu karena belum ada kasus positif yang ditemukan.

Banyak pihak khawatir layanan kesehatan di Nagasaki tertekan, meskipun hanya satu dari 91 awak kapal yang dirawat di rumah sakit. Pasien positif dengan gejala sakit ringan, atau tidak bergejala sama sekali, diminta mengisolasi diri dalam kapal.

Pasien positif dalam kapal tetap dipantau kondisi kesehatannya oleh seorang dokter dan empat perawat, kata otoritas di Nagasaki.

Rumah sakit di beberapa wilayah Jepang mengeluh kekurangan tepat tidur. NHK, lembaga penyiaran publik di Jepang, melaporkan virus yang ditularkan dari dalam kapal pesiar ikut menambah jumlah pasien positif di Jepang jadi 12.472 orang. Dari jumlah itu, 328 di antaranya meninggal dunia.

Sumber : Reuters

Baca juga: 14 lagi awak kapal pesiar Italia positif corona di Jepang
Baca juga: Presiden Jokowi, PM Abe berbicara mengenai penanganan COVID-19
Baca juga: Wali kota Jepang dikecam atas pernyataannya tentang perempuan





Demi menekan penyebaran virus, Masyarakat Palang Merah Jepang menggelar tes COVID-19 lewat pemeriksaan antibodi. Uji COVID-19 itu dilakukan bersama pemerintah guna memastikan pendonor darah tidak tertular virus.

Palang Merah mengatakan pihaknya mengadakan survei dengan persetujuan para pendonor untuk mengetahui efektivitas alat uji antibodi itu. Walaupun demikian, harian
Mainichi Shimbun melaporkan hasil survei juga akan digunakan untuk mengetahui penyebaran virus.

Pemerintah Jepang masih menimbang perlunya publikasi hasil survei tahap pertama pada 1 Mei, tulis Mainichi Shimbun.

Dewan penasehat pemerintah untuk penanggulangan wabah menganjurkan uji COVID-19 digelar pada Rabu demi mengetahui tingkat penularan virus.

Pemerintah Jepang menerima banyak kritik karena keputusannya terlalu bergantung pada uji polymer chain reaction (PCR) untuk mengetahui COVID-19. Sejumlah ahli menerangkan tes itu membuat penderita penyakit sulit dilacak sehingga menyebabkan banyak orang di rumah sakit tertular penyakit. =

Dalam kesempatan berbeda, Gubernur negara bagian New York Andrew Cuomo di Amerika Serikat pada Kamis (23/4) mengatakan hasil awal survei yang digelar otoritas setempat menunjukkan hampir 14 persen orang di wilayah itu memiliki antibodi yang menangkal penyakit. Ia memprediksi 2,7 juta penduduk New York mungkin telah tertular virus.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020