Jakarta (ANTARA) - Lurah Kampung Rawa Ferry Zahrudin menyebutkan pengajuan dua sekolah, yaitu SDN 01/02 Johar Baru di Jakarta Pusat sebagai lokasi ​​​​​​untuk isolasi pasien COVID-19 merupakan pilihan terakhir di kelurahan tersebut.

"Saya hanya diminta tempat, ya saya kasih di situ. Karena memang ga ada pilihan lain.
SKKT (ruang karang taruna) ada tapi ga bisa menampung banyak, karena hanya sekolah itu yang mungkin menampung cukup banyak orang dalam satu lokasi," kata Ferry saat dikonfirmasi alasan pemilihan SDN 01/02 Johar Baru sebagai lokasi isolasi mandiri yang diminta oleh Dinas Pendidikan DKI.

Pemilihan dua sekolah yang berada di satu lokasi itupun terburu-buru sehingga belum ada sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Kelurahan kepada Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) di Kampung Rawa.

"Nama-nama sekolah itu diminta segera oleh tingkat kota. Jadi memang belum disosialisasikan," ujar Ferry.

Dua sekolah di Kelurahan Kampung Rawa itu diajukan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebagai lokasi cadangan untuk penyediaan ruang isolasi bagi warga Jakarta jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus COVID-19.

Baca juga: Warga Kampung Rawa tolak rencana sekolah jadi lokasi isolasi COVID-19

Atas rencana tersebut, sebanyak 500 warga dari Kelurahan Kampung Rawa menolak penggunaan sekolah sebagai lokasi penanganan COVID-19 karena berada di tengah pemukiman warga sehingga berisiko terjadi penularan yang lebih banyak.

Ferry mengatakan, Kelurahan Kampung Rawa telah menerima langsung surat penolakan dari warga Kampung Rawa dari delapan Rukun Warga (RW) itu, namun dirinya belum dapat mengambil keputusan karena menunggu respon dari Pemerintah tingkat Kota dan Provinsi.

"Tanggapan saya sih saya tunggu atasan saya dulu. Yaitu camat dan pak wali lota, karena kita sebenarnya awalnya diminta satu lokasi di tiap kelurahan harus ada tempat isolasi mandiri," kata Ferry.

SDN 01/02 Johar Baru merupakan satu-satunya fasilitas sekolah yang ada di lingkup Kelurahan Kampung Rawa.

Meski demikian warga sekitar tetap kecewa dengan keputusan itu karena masih ada banyak lokasi selain sekolah yang dapat digunakan untuk lokasi isolasi mandiri.

"Meski memang baru sebatas rencana, kita tetap bingung. Kenapa harus sekolah itu, ini sudah jelas tidak masuk kriteria tempat penanganan COVID-19 karena berada di tengah pemukiman warga," kata seorang warga Kampung Rawa, Erica yang turut menandatangani surat penolakan warga atas penggunaan sekolah sebagai tempat isolasi.

"Pak Anies sendiri bilang akan cari alternatif lain jika RSD Wisma Atlet penuh tapi tidak di tengah pemukiman warga. Tapi kenapa lurah merekomendasikan sekolah itu?," katanya.
Baca juga: Sekolah Unggulan SMAN MH Thamrin siapkan 20 ruang isolasi COVID-19
Baca juga: 11 sekolah di Jaksel disiapkan untuk penanganan COVID-19

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020