Pekanbaru (ANTARA News) - Penanganan pembunuhan gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di kawasan konsensi PT Rimba Peranap Indah (RPI) dan PT Arara Abadi (AA) di Provinsi Riau masih menunggu hasil otopsi.

Baik Polsek Ukui, Kabupaten Pelalawan maupun Polsek Minas, Kabupaten Siak belum bisa menetapkan tersangka dalam kasus pembunuhan satwa langka itu karena hasil otopsi di Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau belum keluar.

Menurut Kapolsek Ukui, AKP Edi Munawar, di Ukui Rabu, polisi belum bisa menetapkan atau menangkap tersangka sebelum hasil otopsi ada.

Gajah sumatra yang diduga mati diracun itu bangkainya ditemukan pada 28 Mei 2009.

"Kita sudah periksa tiga orang saksi dari PT RPI dan 5 orang saksi dari BKSDA, tapi belum ada tindakan lebih lanjut karena belum ada hasil otopsi gajah dan lab atas pelepah dan batang sawit yang diduga diolesi racun," kata Edi Munawar.

Menurut dia, BKSDA juga menjanjikan pertemuan dengan pihak terkait seperti PT RPI, Polsek Ukui, WWF Riau dan PT Perkebunan Nusantara V, ternyata sampai hari ini pertemuan tersebut belum dilakukan.

Kapolsek Minas AKP Sugeng yang menangani kematian Tongli, gajah jantan berusia 30 tahun yang dipelihara oleh PT Arara Abadi, juga menyatakan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan.

"Baru satu orang saksi yang sudah dimintai keterangannya. Polisi juga akan meminta keterangan dari karyawan dan pawang yang bertugas, serta menunggu hasil uji lab dan otopsi bangkai gajah," katanya.

Lambannya pengungkapan pelaku pembunuhan gajah ini disayangkan aktivis World Wildlife Fund (WWF) Riau karena di wilayah Polsek Minas juga ada  kasus kematian gajah lain akibat perburuan gading gajah.

Kasus dua ekor gajah jantan yang mati di areal Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas yang diduga juga diracun awal Mei lalu juga belum terungkap. Pelaku kemungkinan meracun gajah bernama Tomi dan Rege, kemudian diambil gadingnya.

"Begitu juga Tongli, namun hingga kini pelaku pembunuh ketiga gajah jantan ini tidak terungkap padahal modusnya sama, barang bukti yang ditinggalkan di TKP juga sama," ujar aktivis WWF Riau Syamsuardi.

Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Syahimin, menyatakan bahwa hari ini baru ada pertemuan di Jakarta untuk membicarakan persoalan penanganan kasus kematian gajah-gajah di Riau.

Hasil pertemuan akan dijadikan pedoman penanganan kasus pembunuhan gajah dan pencegahan di masa datang.

"Meski tim BKSDA sudah turun kelapangan dan mengambil data sampel gajah yang mati, tapi hasilnya belum bisa diketahui," ujar Syahimin.

Nurulhuda, Humas PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP), induk perusahaan PT Arara Abadi, menyatakan, kasus kematian gajah yang dipelihara perusahaannya sepenuhnya sudah diserahkan kepada pihak berwajib.

Saat ini perusahaan tengah berkonsentrasi menjaga ekstra ketat terhadap delapan ekor gajah lagi yang masih tinggal di arboretum PT Arara Abadi.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009