Teheran, Iran (ANTARA News/AFP) - Pasukan Garda Revolusi Iran hari Senin memperingatkan, mereka akan menumpas demonstrasi lanjutan yang menentang hasil pemilihan presiden setelah oposisi berjanji tetap melancarkan protes.

Garda Revolusi -- pasukan elit yang dibentuk untuk melindungi Republik Islam Iran setelah revolusi 1979 -- memperingatkan akan melakukan tindakan "revolusioner dan menentukan" untuk menghadapi kerusuhan lebih lanjut.

Peringatan itu disampaikan setelah radio pemerintah mengatakan bahwa sedikitnya 457 orang ditangkap dalam bentrokan di jalan di Teheran pada Sabtu yang mengakibatkan 10 orang tewas, sehingga jumlah kematian dalam kekerasan sepekan menjadi sedikitnya 17.

Sementara penguasa Iran berusaha mengendalikan pergolakan terbesar dalam 30 tahun, badan pengawas pemilu Iran Dewan Wali mengakui ada ketidakcocokan dalam pemungutan suara 12 Juni namun menekankan bahwa hal itu tidak akan mengubah hasil secara keseluruhan.

Pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi, yang memimpin gelombang protes untuk menentang apa yang disebutnya pemilu curang, yang mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan, mendesak para pendukungnya untuk terus berdemonstrasi namun melakukan "pengendalian diri" untuk menghindari pertumpahan darah lebin lanjut.

Namun, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Mehr, Korps Garda Revolusi -- yang menggemakan lagi peringatan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Jumat -- menyatakan, mereka mengecam keras "jalan ilegal" yang diambil oleh "unsur-unsur penipu" dan menuntut diakhirinya "kekacauan dan vandalisme".

"Jika tidak, mereka harus menghadapi konfrontasi menentukan dan revolusioner dari putra-putra bangsa Iran di pasukan Garda, milisi Basij dan polisi serta pasukan keamanan yang akan mengakhiri pembangkangan dan kekacauan," kata pernyataan itu.

Sejak pergolakan meletus, pasukan keamanan Iran menindak keras demonstran, dan ratusan pemrotes serta reformis kenamaan, wartawan dan analis ditangkap.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Kementerian Luar Negeri Iran meyebut langsung lembaga-lembaga siaran global BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".

Iran telah memerintahkan koresponden BBC di Teheran meninggalkan negara itu, sementara persatuan-persatuan mahasiswa merencanakan demonstrasi di luar kedutaan besar Inggris pada Selasa untuk memperotes campur tangan "pemerintah jahat Inggris".

Jalan-jalan di Teheran tegang Senin, namun tidak ada laporan mengenai demonstrasi yang direncanakan.

Gambar-gambar yang disiarkan di Internet menunjukkan suasana kekerasan brutal, dan satu video yang dilihat ratusan ribu orang di seluruh dunia menunjukkan seorang wanita muda berlumuran darah yang bernama Neda yang dikabarkan tewas setelah tertembak satu peluru di Teheran.

Dewan Wali 12 anggota mengakui ada ketidakcocokan suara, dengan mengatakan bahwa penyelidikan pendahuluan menunjukkan jumlah suara di 50 dari total 336 distrik pemilihan melampaui jumlah pemilih yang memenuhi syarat.

Namun, jurubicara Abbasali Kadkhodai mengatakan, "tidak ada ketidakberesan" dan menekankan bahwa penghitungan ulang "tidak akan banyak mengubah hasil pemilu tersebut".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009