Meskipun pelaku tidak akan pernah diadili, kami masih mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan penyidikan kasus ini dengan standar sama yang akan kami lakukan andaikan dia hidup
Toronto (ANTARA) - Kepolisian Kanada, RCMP, mengungkapkan pada Selasa (28/4) bahwa Gabriel Wortman, pelaku teror penembakan massal di provinsi Nova Scotia, Kanada, membunuh sembilan dari 22 korbannya dengan cara membakar rumah mereka.

Pelaku berusia 51 tahun itu juga membunuh hewan peliharaan para korban, kata pihak kepolisian dalam pemutakhiran laporan penyidikan kasus penembakan massal yang dilakukan selama lebih dari 13 jam pada 18 hingga 19 April itu, sebelum akhirnya pelaku ditembak mati.

Lebih dari 400 saksi mata telah diidentifikasi dan setengahnya telah dipanggil untuk wawancara, namun mereka belum bisa menunjukkan motif kejahatan Wortman.

Pelaku mulai melakukan penembakan setelah terlebih dahulu menyerang kekasihnya, yang kemudian bisa melarikan diri dan menjadi saksi kunci kasus teror tersebut.

Baca juga: Polisi Kanada selidiki video pemukulan di facebook dengan pembunuhan
Baca juga: Polisi Kanada Ringkus Pedofil Internet


Wortman sempat menghindari penangkapan setelah polisi menindak laporan kedaruratan awal dari masyarakat di Portapique, wilayah desa kecil pinggir laut dengan populasi sekitar 100 jiwa saja.

Dia kemudian bersembunyi di kawasan industri selama semalam, kemudian melanjutkan aksi teror pada keesokan paginya. Korban kejahatan pelaku antara lain pensiunan polisi, guru, dan perawat.

Kini, penyidikan polisi difokuskan pada bagaimana Wortman bisa mendapatkan senjata yang dia gunakan dalam penembakan massal itu, dan kemungkinan ada seseorang yang membantu atau mengetahui rencananya.

"Meskipun pelaku tidak akan pernah diadili, kami masih mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan penyidikan kasus ini dengan standar sama yang akan kami lakukan  andaikan  dia hidup," ujar Pengawas Polisi Darren Campbell dari RCMP Nova Scotia.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kanada gagalkan rencana pembantaian pada Hari Velentine
Baca juga: Kanada minta pelaku eksploitasi anak dihukum lebih berat

 

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020