London (ANTARA News/AFP) - Inggris telah mengusir dua diplomat Iran Selasa dan negara-nwgara Eropa memanggil duta besar (Iran) untuk menyampaikan kekhawatiran mengenai kekerasan baru pasca pemilihan di jalanan Teheran.

PM Gordon Brown mengumumkan pengusiran dua diplomat itu setelah Teheran memerintahkan dua diplomat Inggris untuk pergi.

Sedikitnya lima negara UE telah memanggil utusan Iran untuk memprotes atas tindakan keras pemerintah Teheran, tapi AS berlawanan dengan bersikeras negara itu tidak akan campurtangan dalam politik internal Iran.

Brown mengatakan Iran telah melakukan "tindakan pengusiran yang tidak adil terhadap dua diplomat Inggris karena tuduhan yang sama sekali tidak berdasar".

"Dalam jawaban terhadap tindakan itu kami telah memberitahu duta besar Iran sebelumnya hari ini bahwa kami akan mengusir dua diplomat Iran dari kedutaan besar mereka di London," ia mengatakan pada para anggota parlemen.

Prancis telah memanggil duta besar Iran untuk kedua kalinya dalam sepekan untuk mengecam apa yang negara itu katakan sebagai "penindasan kejam" terhadap unjuk rasa.

Seorang pejabat senior kementerian luar negeri Prancis telah menyampaikan "kekhawatiran besar pada perkembangan di Iran" dan menegaskan kembali permintaan agar "cahaya penuh terpancar pada kejujuran pemilihan presiden itu", kata jurubicara kementerian Frederic Desageaux.

"Ia telah mempertegas kembali kecaman kami pada penindasan brutal terhadap protes yang telah menyebabkan banyak orang tewas".

Republik Ceko, Finlandia, Belanda dan Swedia juga telah memanggil utusan Iran di ibukota mereka. Seorang pejabat berpangkat tinggi kementerian luar negeri Belanda mengecam "kekerasan yang berlebihan" terhadap para pengunjuk rasa pada pertemuan dengan kuasa usaha Iran, menurut seorang jurubicara kementerian.

Pemerintah Ceko yang memegang jabatan presiden bergilir UE, memanggil wakil Iran di Praha Senin dan mendesak mitra-mitranya untuk mengikuti.

Inggris, Italia dan Jerman telah memperingatkan warga mereka untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran, dengan London juga menarik keluarga staf kedutaan besarnya.

Belgia mendesak pemerintah Iran untuk berhenti menggunakan kekerasan terhadap para demonstran. "Jika dibutuhkan", kata PM Belgia Herman van Rompuy, Teheran hendaknya "mengizinkan penghitungan kembali suara sepenuhnya".

Kelompok-kelompok yang menentang Presiden Mahmoud Ahmadinejad telah melakukan demonstrasi hampir tiap hari untuk memprotes yang diduga kecurangan dalam pemilihan 12 Juni yang telah mengembalikanya ke kekuasaan.

Media negara mengatakan sedikitrnya 17 orang tewas dalam kerusuhan yang menimbulkan tantangan paling serius pada pemerintah Islam itu dalam 30 tahun.

Pemerintah Iran sebaliknya menuduh pemerintah-pemerintah Barat, khususnya Inggris dan AS, telah campurtangan.

Presiden AS Barack Obama telah mengekang kiri untuk tidak mengomentari mengenai krisis Iran dan Gedung Putih kembali berhati-hati Selasa.

"Saya pikir dunia sedang menyaksikan. Saya kira mereka telah mengerjakan sesuatu. Mereka tertarik perhatiannya dengan apa yang terjadi di Iran," jurubicara Robert Gibbs mengatakan pada NBC. Saya memang memikirkan kita telah menyaksikan awal perubahan di Iran."

Namun ditanya apakah Obama akan mendukung pemogokan umum pimpinan-oposisi, ia mengatakan: "Kami tidak akan terlibat dalam mendukung atau tidak mendukung aksi tertentu di Iran".

Sekjen PBB Ban Ki-moon telah meyuarakan kekhawatiran yang meningkat mengenai kekerasan itu dan minta "penghentian segera penangkapan, ancaman dan penggunaan kekuatan". Ia minta pada pemerintah dan oposisi "untuk menyelesaikan secara damai perbedaan mereka melalui dialog dan cara-cara yang sah".

Jepang Selasa juga menyerukan "penyelesaian damai" atas krisis itu. "Jepang memprihatinkan sekali korban yang ditimbulkan oleh protes itu," Menlu Jepang Hirofumi Nakasone mengatakan dalam satu pernyataan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009