New York (ANTARA) - Dolar AS jatuh terhadap euro dan melonjak terhadap yen Jepang pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor fokus pada penyeimbangan kembali portofolio mereka akhir bulan.

Euro melambung dan yen turun tajam tepat sebelum kurs valas ditetapkan untuk bulan ini di akhir sesi London.

"Ini terlihat didorong oleh aliran," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York, terutama karena pasar lain termasuk saham bank dan obligasi zona euro tidak melihat gerakan serupa. "Tidak ada yang mendekati pergerakan yang kita lihat di euro."

Euro melonjak 0,77 persen menjadi 1,0957 dolar tertinggi sejak 15 April. Dolar melonjak 0,53 persen terhadap yen menjadi 107,27 yen.

Swap basis mata uang silang untuk pertukaran LIBOR yen tiga bulan untuk LIBOR dolar juga berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sebulan, yang menunjukkan permintaan kuat untuk dolar terhadap mata uang Jepang untuk akhir bulan.

Dolar menguat terhadap euro pada Kamis (30/4) pagi ketika saham-saham tergelincir dan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengecewakan beberapa investor yang berharap akan memperluas pembelian obligasi ke obligasi sampah (junk bonds) sebagai bagian dari program pelonggaran kuantitatif.

Itu adalah "kombinasi risiko yang lebih lemah dan reaksi jangka pendek terhadap pengumuman ECB bahwa tidak akan ada ekspansi QE (pelonggaran kuantitatif)," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik menjadi 99,73 setelah pertemuan ECB, sebelum jatuh kembali ke 98,99, turun 0,50 persen pada hari itu.

Greenback telah melemah dari tertinggi lebih dari tiga tahun di 102,99 pada akhir Maret ketika bank-bank sentral global meluncurkan langkah-langkah stimulus besar-besaran untuk melindungi ekonomi dari wabah virus corona.

Federal Reserve pada Rabu (29/4) mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol dan berjanji akan memperluas program darurat yang diperlukan untuk membantu ekonomi AS yang terpukul.

Meningkatkan selera risiko, jika terus berlanjut, dapat menekan dolar lebih lanjut. Investor lebih optimis bahwa ekonomi global lebih dekat dengan pembukaan kembali.

"Jika kita melihat sedikit rebound dalam risiko, dan saya akan mengatakan minggu lalu telah cukup menggembirakan di front itu, maka itu akan menunjukkan bahwa ini akan mengambil beberapa tekanan ke atas dari dolar," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA di London.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020