Banda Aceh (ANTARA News) - Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banda Aceh mencatat angka pengangguran di Banda Aceh mencapai 14.000 orang.

"Itu data terbaru yang masuk ke Dinsosnaker Banda Aceh pascarehabiltasi dan rekonstruksi Aceh," kata Kepala Dinosnaker Drs. Purnama Karya, MM saat dihubungi ANTARA di Banda Aceh, Senin.

Purnama mengatakan, dari jumlah tersebut, angka tertinggi adalah pengangguran setelah menyelesaikan pendidikan dan kemudian pengangguran karena kehilangan pekerjaan.

"Sangat disayangkan bagi siswa-siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya dan masih terkatung-katung mencari pekerjaan," katanya.

Purnama mengakui, terbatasnya lapangan pekerjaan termasuk pemicu permasalahan semakin bertambahnya jumlah pengangguran tersebut.

"Apalagi pascakepergian LSM lokal dan asing dari Aceh justru sangat berpengaruh terhadap hilangnya lahan pekerjaan di Aceh," katanya.

Menurut Purnama, meskipun demikian jumlah pengangguran di Banda Aceh itu dinilai masih wajar untuk sebuah kota yang terus berkembang.

"Indikator masih wajar itu terlihat dari jumlah penduduk kota Banda Aceh yang mencapai 232 ribu jiwa. Jadi jumlah pengangguran itu berada di posisi tengah tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak rendah," katanya.

Berkaitan penanggulangan masalah ini, pemerintah melalui Dinsosnaker, berupaya menekan angka pertumbuhan pengangguran dengan memperbanyak pelatihan peningkatan kapasitas bagi masyarakat terutama bagi yang belum memiliki pekerjaan.

"Ini kita lakukan untuk memberdayakan masyarakat mandiri dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka sendiri," katanya.

Selain itu pemerintah kota juga terus memberdayakan balai latihan tenaga kerja (BLK) guna membina siswa-siswa yang putus sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka.

"Balai tenaga kerja itu cukup optimal meningkatkan kemampuan anak-anak yang putus sekolah dan memberikan mereka pembekalan untuk menciptakan pekerjaannya," katanya.

Pemerintah juga mengharapkan para orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan anaknya dapat mengambil keputusan tepat dalam menentukan masa depan putra-putrinya.

"Kita berharap orang tua yang merasa tidak mampu lagi melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi dapat memilih SMK sebagai alternatifnya, karena setidaknya selepas itu si anak memiliki kemampuan dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009