King mengambil poin set pertama lewat skor 15-8 dalam 21 menit dan pertarungan berangsur menjadi ketat pada set berikutnya diwarnai rally panjang dan upaya kedua atlet menjaga konsistensi permainan. Sayang, kesalahan yang banyak dilakukan King membuat dia harus melewatkan peluang dan Icuk merebut set kedua 12-15.

Set ketiga yang menjadi penentu menjadi gim yang menegangkan. Icuk dan King terus saling berkejaran-kejaran skor mengundang decak kagum para penonton, terkadang mereka bertepuk tangan panjang atau terhenyak hening karena pertandingan yang berjalan begitu menegangkan.

Menit-menit akhir menjadi sangat mendebarkan. Saat kedudukan menunjukkan angka 16-16, lalu King melakukan servis, shuttlecock justru meleset keluar lapangan yang langsung mengantarkan Icuk merebut gelar juara.

Icuk pun luluh dalam kegembiraan. Ia langsung melompat tinggi dan melempar raketnya, kemudian berlari merangkul King yang masih terpaku di tengah lapangan.

Baca juga: Kejuaraan Dunia 2021 diundur agar tak bentrok dengan Olimpiade

Lawan-lawan yang jadi korban Icuk dan King dalam perjalanan menuju final tak bisa memberi reaksi lain kecuali melemparkan pujian atas pertarungan All Indonesian Final tersebut.

"Ini pertandingan terbaik yang pernah saya lihat. Betul, saya belum pernah melihat partai yang begini hebat," kata Padukone dalam laporan Kompas, 9 Mei 1983.

"Pertandingan tadi menuntut mental yang sangat kuat. Dan begitu seimbang sehingga siapa yang lebih beruntung, dia yang menang. Bayangkan, sampai angka terakhir, kita belum bisa memastikan siapa yang bakal menang," komentar pebulu tangkis China Han Jiang soal kedudukan 13-13 dan 14-14 Icuk dan King di set ketiga.

Baca juga: Hasil Kejuaraan Dunia puaskan pelatih ganda putra Indonesia

Gelar juara dunia pertama Icuk itu diraihnya dalam usia 20 tahun, membuatnya memecahkan rekor sebagai juara dunia termuda, torehan yang hingga kini belum terpecahkan.

Halaman selanjutnya: Bagi King...

Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020