Bagi King, yang sebelumnya sudah menjuarai All England pada 1978, 1979 dan 1981, kekalahan dari Icuk menjadi salah satu momen yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Sungguh pantas bagi King menganggap momen kekalahannya itu sebagai catatan getir di sepanjang kariernya. Pasalnya, King adalah pemain tunggal putra terbesar Indonesia setelah Rudy Hartono. Ia juga cukup ditakuti sejak tahun 1976 dan mencatatkan rekor tak terkalahkan selama tahun 1978 dan 1979. Dia juga menjadi salah satu penyokong tiga medali emas di tiga ajang Piala Thomas (1976, 1979, 1984).

“Kekalahan melawan Han Jian sewaktu di Singapura itu cukup menyedihkan. Waktu itu saya hanya kalah satu poin. Juga melawan Icuk Sugiarto di partai final Kejuaraan Dunia 1983 di Copenhagen. Itu pun saya hanya kalah satu poin di set ketiga. Kedua kekalahan ini masih teringat sampai sekarang,” ujar King dalam buku "Sejarah 15 Olahragawan Terpopuler di Indonesia."

Baca juga: Air mata King jadi inspirasi PB Djarum untuk berkembang

Icuk dan King memang bertarung sengit untuk menjadi juara dunia malam itu, tetapi Indonesia-lah pemenangnya. Mereka sukses melanjutkan tongkat estafet kejayaan bulu tangkis Merah Putih, yang kembali melambung tiga tahun sebelumnya ketika memborong empat dari lima nomor Kejuaraan Dunia 1980 di Istora Senayan, Jakarta.


Gaya permainan

Sewaktu masih menjadi bintang di gelanggang, Icuk terkenal sebagai pemain yang memiliki pertahanan kuat, sementara King dikenal dengan tipe permainan menyerang dengan jumping smash sehingga dijuluki King Smash.

Gaya permainan bertahan itulah yang bisa dikatakan membuat Icuk menang melawan para pebulu tangkis papan atas dunia. Kepada Antara di Jakarta, Kamis (7/5), Icuk mengenang bagaimana ia memang telah mempersiapkan untuk bermain panjang di setiap pertandingan di Kejuaraan Dunia kala itu.

"Saya sebelum berangkat memang optimistis bisa karena melalui persiapan yang panjang. Percaya diri saya saat itu memang tinggi," katanya lagi.

Baca juga: PBSI atur strategi hadapi kemungkinan jadwal padat akhir tahun

Persiapan yang dimaksud adalah menjaga kondisi fisik agar tetap prima. Icuk yang biasanya berlatih dua kali sehari itu mengaku rutin latihan tiga kali dalam sehari demi persiapan ke Kejuaraan Dunia itu.

"Lari 70 kali keliling GBK siang hari, tujuannya untuk kekuatan fisik dan persiapan main panjang," tuturnya.

Halaman selanjutnya: Apa yang dikatakan Icuk...

Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020