Jakarta (ANTARA) News- Sejumlah artis ibukota meminta pemerintah mengusut dengan tuntas dan menghukum para pelaku peledakan bom yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton yang menewaskan delapan orang.

"Tragedi bom telah memperburuk citra Indonesia, karena itu pemerintah harus mencari dan menghukum berat pelaku," kata Ersa Mayori (30), usai membawakan acara festival film anak di Jakarta, Jumat.

Dengan peristiwa ledakan bom itu, kata artis yang memulai karir dari model majalah ini, maka citra Indonesia di mata dunia kembali menjadi sorotan dunia setelah isu terorisme mulai dilupakan.

Meski demikian wanita kelahiran Jakarta, 14 Mei 1979 yang telah dikaruniai dua orang putri dari pernikahannya Dicky Iskandar Dinata yakin Indonesia bisa ke luar dari kondisi yang tidak diinginkan itu.

"Saya yakin kalau kita berpikiran positif dan menghilangkan berbagai rasa ketakutan, maka kita akan bisa bangkit dan Indonesia akan ke luar dari kondisi ini," ujar alumni Psikologi Universitas Atmajaya itu.

Pada kesempatan terpisah hal yang sama hal juga diungkapkan oleh sutradara wanita Nia Dinata kelahiran Jakarta, 4 Maret 1970.

"Pemerintah harus bersikap tegas atas, karena jika tidak maka akan berdampak luas pada kondisi ekonomi dalam negeri termasuk industri film kita yang sedang bangkit," ujarnya.

Nia yang mengawali karir dari pembuatan video klip dan film iklan yang kemudian menyutradarai film berjudul "Ca Bau Kan" ini berharap peristiwa ledakan bom itu bisa secepatnya diungkap.

"Saya khawatir, jika masalah ini berlarut-larut diungkap ke publik maka tingkat kepercayaan orang luar terhadap kita menjadi menurun dan itu artinya kita kembali mundur," tegasnya.

Ledakan bom terjadi pada Jumat, (17/7) pukul 07.45 WIB di Restoran Airlangga, Hotel Ritz Carlton dan kemudian disusul ledakan kedua pada pukul 07.47 WIB di Restoran Syailendra Hotel JW Marriot.

Akibat peristiwa itu tercatat korban sebanyak 61 orang dengan rincian tujuh korban meninggal di tempat, satu korban meninggal di rumah sakit dan 53 korban luka masih dirawat di rumah sakit. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009