Transportasi publik terdampak negatif pandemi COVID-19 secara ganda
Jakarta (ANTARA) - Pengamat transportasi Harya S Dillon menilai kampanye publik penting untuk dilakukan agar masyarakat kembali percaya dan mau menggunakan transportasi publik pascapandemi COVID-19.

"Saya kira nanti ketika sudah mulai menjalani aktivitas dengan aman pascapandemi COVID-19, perlu kampanye publik kepada masyarakat bahwa dengan pembatasan sosial dan protokol-protokol kesehatan tertentu transportasi publik itu nyaman," ujar Harya S Dillon dalam diskusi daring yang digelar oleh Astra Land di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan bahwa hal itu penting sekali dilakukan untuk meraih kembali kepercayaan publik terhadap transportasi umum.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu melihat pandemi COVID-19 yang melanda wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta betul-betul memukul sektor transportasi publik.

"Ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan kebijakan work from home atau belajar, bekerja dan beraktivitas dari rumah pada 12 Maret, jumlah penumpang transportasi publik di provinsi DKI Jakarta turun sekitar 52 persen," katanya.

Kemudian, lanjut dia, saat pembatasan sosial secara ketat mulai diberlakukan pada 23 Maret, jumlah penumpang turun sekitar 82 persen dan kemudian saat PSBB diberlakukan jumlah pengguna transportasi publik di Jakarta semakin turun sekitar 88 persen.

"Transportasi publik terdampak negatif pandemi COVID-19 secara ganda, di mana pendapatan tiket berkurang secara signifikan karena jumlah penumpangnya turun," ujar Harya S Dillon.

Sayangnya biaya operasional transportasi publik semakin meningkat saat pandemi, mengingat operator harus membeli masker bagi kru dan penumpang, membeli disinfektan, termometer, hand sanitizer dan sebagainya.

Sebelumnya implementasi pengendalian transportasi melalui pembatasan pengoperasian KRL Jabodetabek di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berjalan lancar dan jumlah penumpang pun menunjukkan grafik yang kian menurun.

Berdasarkan data Kemenhub, jumlah penumpang harian dan penumpang pada jam puncak mengalami penurunan dalam satu bulan terakhir.

Pada bulan Maret jumlah penumpang KRL sekitar 598.000 orang/ hari, sedangkan di bulan April sampai dengan tanggal 15 April 2020, mengalami penurunan penumpang yaitu menjadi sebanyak 183.000 orang/hari.

Baca juga: Bamsoet: Kebijakan buka lagi transportasi umum membingungkan
Baca juga: Abaikan Menhub, Bupati Ade Yasin tetap perketat transportasi di Bogor
Baca juga: Sepanjang April, penumpang MRT Jakarta hanya 4 ribuan orang

 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020