Borobudur (ANTARA News) - Performa "Manusia Sejuk Borobudur" oleh kalangan seniman sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/7) sore, merupakan simbol ajakan kepada semua komponen bangsa untuk menggali spiritualitas.

"Indonesia yang sedang galau akibat teror bom, butuh kesejukan, mendekatkan diri dengan spiritualitas," kata Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI), Umar Khusaeni, di Borobudur, Minggu.

Performa oleh para seniman itu ditandai dengan prosesi berjalan kaki dari loket masuk Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) menuju tangga timur pelataran Candi Borobudur dan kemudian ke Taman Lumbini, di sebelah timur kaki Candi Borobudur, tempat KSBI menggelar pameran seni rupa ruang terbuka bertajuk "Sang Raja" pada 16-20 Juli 2009.

Dua seniman berasal dari Jepang, Yasumi dan Sayuri, terlihat mengikuti prosesi itu dengan mengenakan pakaian tradisional Jepang, "Kimono" dan membawa payung "Mutho".

Seniman KSBI saat prosesi itu tampak menghiasi tubuhnya antara lain dengan lumpur, butir-butir padi, dan mengecat wajahnya dengan cat berwarna biru.

Seorang seniman membalut tubuhnya dengan kapas dan seorang lainnya mengenakan pakaian adat Jawa dengan kain motif lurik membawa dupa dalam prosesi itu.

Beberapa lainnya mengusung tandu kanvas warna putih dan tiga seniman memainkan atraksi api dengan rangkaian bambu dan seutas tali.

Seorang seniman yang gundul tampak mengenakan properti ala biksu namun berselempang kain warna hitam yang diperkirakan sebagai simbol duka yang sedang menyelimuti bangsa akibat teror bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jakarta (17/7), yang mengakibatkan sejumlah orang tewas dan puluhan lainnya luka.

Dua seniman dengan balutan kain warna hitam dan bertutup kepala, caping, menabuh alat musik, jimbe, dan gong sedangkan sejumlah seniman lainnya mengusung "kuwali" berisi puluhan bungkus plastik berisi aneka warna cat minyak.

Ratusan wisatawan nusantara dan mancanegara terlihat tertarik menyaksikan performa itu. Mereka turut dalam prosesi itu sebelum naik ke Candi Borobudur.

Umumnya mereka memanfaatkan momentum itu untuk berfoto dengan latar belakang para seniman yang sedang menggelar performa seni tersebut.

"Properti yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami, sebagai simbol kesejukan, kita ingin mencurahkan kesejukan melalui pentas ini dari kaki Borobudur yang agung," katanya.

Para seniman selanjutnya melakukan pentas teatrikal yang ditandai dengan membentangkan kain kanvas dan melempari dengan cat minyak yang diambil dari "kuwali" sehingga menghasilkan karya lukis abstrak.

Puluhan seniman Grup "Empu Palman" berasal dari Jepara dengan properti balutan kain warna putih dan kuning mementaskan musik kontemporer dari bambu sambil menembang Jawa seperti "Ilir-Ilir", "Sluku-sluku Bathok", dan "Gambang Semarang" seakan mengiring para seniman KSBI yang sedang melakukan teatrikal itu.

Sesepuh KSBI, Ki Sugiharto, menyuguhkan pembacaan puisi "Sumpah Pemuda", penyair Kota Magelang, Haris Kertoraharjo, membaca karya puisinya, "Matematika Pelukis", dan seorang seniman KSBI, Dedy Paw, melakukan orasi budaya.

"Di tengah situasi Indonesia yang berduka karena bom di Jakarta, dekatkan diri kita kepada cinta, cinta akan kehidupan, cinta kepada budaya bangsa, cinta kepada diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009