Jakarta (ANTARA News) - Presiden UNI Asia and Pacific, sebuah organisasi serikat pekerja global untuk kawasan Asia Pasifik, Joseph De Bruyn, berserta Sekretaris UNI, Christopher Ng, Direktur UNI Apro, Dr Kun Wardana, mengunjungi Perum Kantor Berita LKBN ANTARA, sebagai bentuk apresiasi kepada manajemen yang menandatangani Perjanjian Kerja Bersama dengan Serikat Pekerja ANTARA (SPA).

UNI global telah menghargai keberadaan manajemen Perum ANTARA yang telah melakukan kerjasama secara baik dengan SP ANTARA, dengan menjamin kepastian hukum kepada para wartawan dan pekerjanya, kata Joseph De Bruyn, usai pertemuan dengan Direksi Perum ANTARA di Jakarta, Selasa.

UNI global mencatat dan mencermati sebuah kantor berita milik negara, melakukan komunikasi yang cukup baik dengan serikat pekerjanya, sehingga dapat menjadi contoh para industri pers lainnya, baik di Indonesia maupun di Asia Pasifik.

Joseph De Bruyn juga mengatakan, pihaknya selain memberikan apreasiasi kepada manajemen Perum ANTARA, juga mengundang untuk hadir dalam pertemuan Tri Partid, antara penguasaha, pekerja dan pemerintah, yang akan dibuka oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno, Rabu (22/7).

Pada kesempatan itu, ia juga menyoroti masalah sosial dan politik di Indonesia pasca peledakan bom di hotel JW Marriot dan Rizt-Carlton, Jakarta, pada 17 Juli 2009.

"Saya datang dari Australia, tidak merasa takut pergi ke Jakarta. Demikian juga para anggota UNI yang datang dari Singapura, Malaysia, Nepal, Sri Lanka dan negara-negara lainnya, tinggal di Indonesia dengan tenang, karena percaya, pemerintah Indonesia dapat menjamin keamanan para pendatang asing," katanya. 

Di bidang perekonomian, juga tidak akan terganggu karena sudah terbukti dalam berbagai laporan, Indonesia tidak banyak terimbas dengan krisis ekonomi global.

"Pasca Bom JW Marriot, tak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional, karena para investor asing yang saya temui, masih cukup percaya terhadap keamanan di Indonesia," katanya.

Sedang Christopher Ng, menambahkan, Serikat Pekerja di Indonesia, secara umum mengalami kemajuan cukup signifikan, dibanding dengan negara-negara Asia Pasifik lainnya.

Di Singapura, jutaan pekerja tidak mudah bergabung lewat Serikat Pekerja, karena negara itu hanya dijadikan sebagai transit (antara) oleh para pekerja.

"Pekerja di Singapura kebanyakan orang asing, atau bukan warga negara Singapura. Hal ini berbeda dengan Indonesia, sehingga serikat pekerjanya mengalami pertumbuhan cukup baik," katanya.

Sementara itu, Dirut Perum ANTARA yang juga Presiden Kantor Berita Asia Pasifik/OANA, Ahmad Mukhlis Yusuf menyampaikan ucapan terimakasih atas apresiasinya kepada manajemen ANTARA.

"Di ANTARA ini dikembangkan budaya komunikasi yang cukup terbuka dengan serikat pekerjanya. Bahkan saya membuat e-mail untuk dapat diakses setiap saat oleh setiap karyawan/pekerja ANTARA. Dengan demikian, ada hubungan yang harmonis antara pekerja dan manajemen," katanya.

Mukhlis yang didampingi oleh Koordinator Staf Ahli Perum ANTARA, Aat Surya Safaat, juga menjelaskan soal budaya korporasi di ANTARA.

ANTARA yang misinya menjadi kantor berita berkelas dunia melalui penyedia jasa berbagai produk berbasis informasi itu juga menjalankan kebijakan mutu produk tetap dapat dipercaya pihak pelanggan.

"Pimpinan dan seluruh karyawan perusahaan bertekad menghasilkan konten media yang cepat, akurat dan penting. Oleh karena itu standar mutu lewat ISO-9000 diterapkan di ANTARA," kata Mukhlis.

Mukhlis juga menambahkan, ANTARA sebagai kantor berita Indonesia yang usianya sudah cukup tua, dari 1937 hingga kini, dapat melayani lebih dari 300 media cetak dan 65 media elektronik. Oleh karena itu, ANTARA terus mengembangkan kantor perwakilan di setiap provinsi dan mengembangkan biro di luar negeri.

"Sampai saat ini sudah ada 33 biro ANTARA di daerah dan 5 biro di luar negeri, termasuk Australia, Amerika dan Jepang," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009