Pondok Pesantren atau di Aceh dikenal dayah ini beralamat di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
KUALA LUMPUR (ANTARA) - Beberapa Alumni Universitas Sultan Zainal Abidin (UniSZA) Terengganu Malaysia yang berasal dari Kabupaten Aceh Barat mendirikan Pesantren Daring RUMI (Raudlatul Ulum Madrasah Islamiyah).

"Pondok Pesantren atau yang dikenal di Aceh dengan istilah dayah ini beralamat di Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat," ujar Ustadz Muhammad Nasir yang juga alumni Fakultas Pengajian Kontemporari Islam UniSZA, Minggu.

Dia mengajak para pelajar di Aceh menjadi santri daring di Pesantren RUMI untuk mengisi waktu di Bulan Ramadhan.

Baca juga: Pelatihan jurnalisme warga dan dialog kebangsaan digelar PPI UniSZA

“Kami sengaja mendirikan Pesantren Daring RUMI agar masyarakat, khususnya pelajar dapat mengikuti pengajian khas pesantren melalui kelas digital seperti grup WhatsApp, grup Telegram, dan aplikasi lainnya. Apalagi sejak Dayah dan Sekolah meliburkan muridnya sebagai bentuk pencegahan terhadap merebaknya Covid-19," kata Ustadz Muhammad Nasir.

Kelas digital di Pesantren Daring RUMI telah dimulai sejak 1 Ramadhan 1441H. Ada beberapa kelas kajian dengan berbagai materi yang bisa diikuti oleh para pelajar secara daring yaitu kelas membaca Al-Qur’an, kelas menghafal Al-Qur’an (Tahfidz), kelas Ilmu Tauhid, kelas Ilmu Fiqh, kelas Ilmu Tasawuf, kelas Tarikh/Sejarah Islam dan kelas Bahasa Arab.

Pimpinan Pesantren Daring RUMI Ustadz Rahmat Saputra mengatakan ada 290 pelajar yang mendaftar di pesantrennya dengan mayoritas pendaftar berasal dari Aceh Barat dan Nagan Raya.

Baca juga: Relawan Australia latih siswa Aceh berbahasa Inggris

"Alhamdulillah respons masyarakat dengan hadirnya Pesantren RUMI ini sangat baik. Tercatat dalam sistem kami ada 290 orang yang telah terdaftar. Kebanyakan berusia 18 hingga 35 tahun, yang mayoritasnya berasal dari Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya. Kelas yang paling banyak diikuti adalah Kelas Ilmu Fiqh yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang Fiqh Shalat, Fiqh Zakat, Fiqh Puasa & Fiqh Wanita," ujar alumni UniSZA yang mendapatkan GOT Award dalam wisuda ke-10 tahun 2018.

Dalam website resminya pesantren.cyberdakwah.com pesantren ini memiliki visi yang tergambar dalam slogannya: Belajar Agama dan Berbagai Ilmu Lainnya, Dimana Saja dan Kapan Saja! Kehadiran pesantren ini juga disambut antusias oleh para pelajar.

Nurfitri Zartiyana, salah seorang santri di Pesantren Daring RUMI mengatakan ia sangat senang bisa belajar di sini secara gratis.

"Pengalaman saya belajar di Pesantren Online RUMI secara online/daring ini sangat menyenangkan karena bisa mendapatkan pemahaman ilmu agama dari ustadz dan ustadzah apalagi di bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini, walaupun tidak bisa bertatap muka secara langsung, hanya melalui video saja,” katanya.

Baca juga: Sembilan pemuda Aceh diterima pendidikan gratis di Madinah

Ustazah Ummi Habibatul Islamiyah, salah seorang pengajar di Pesantren Daring RUMI menjelaskan, walaupun kelas dilakukan secara daring melalui grup WhatsApp dan beberapa aplikasi lain, kelas kajian untuk santri putra dan santri putri tetap dipisah layaknya di pondok pesantren.

“Siapa saja boleh belajar dan menjadi santri di sini, tanpa batasan usia. Syaratnya juga mudah yaitu mau belajar, aktif, menaati peraturan pesantren, dan tentu saja harus punya handphone dan paket data. Baik remaja maupun dewasa dipersilahkan belajar di sini, laki-laki atau perempuan juga boleh walaupun kelasnya nanti akan dipisah," katanya.

Dia mengatakan teknologi informasi ini membuat lebih mudah dalam belajar karena tanpa batasan ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja bisa belajar.

"Seharusnya dengan kemudahan ini kita lebih termotivasi untuk belajar, tidak ada gunanya malas-malasan, tidak perlu malu atau gengsi, karena belajar adalah kewajiban dan kebutuhan kita sebagai insan," ujar dosen STAIN Meulaboh ini.

Tidak hanya bagi santri pengajarpun merasakan manfa’at ketika mengajar di Pesantren Daring RUMI.

Baca juga: Ombudsman: Pelayanan pendidikan di pulau terluar Aceh memprihatinkan

"Alhamdulillah dengan adanya Pesantren RUMI ini kami tergugah kembali untuk membuka kitab, muthola’ah, dan menyebarkan ilmu kepada masyarakat secara online. Niat kami hanya ingin mencari dan mengharap ridha Allah," katanya.

Salah seorang pengajar Ustadz Sayid M Shaleh melihat ada banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh para murid yang belajar karena mereka bisa mengetahui berbagai hukum dalam ibadah secara detail dan pasti karena para Ustaz di Pesantren RUMI mengajarkan ilmu berdasarkan kitab rujukan yang jelas yang biasa dikaji di pondok pesantren.

Dalam website Pesantren RUMI tercantum nama-nama pengajarnya yaitu Abi Medan ( Abi Fakhrur Razi), Abu Meulaboh (Ustaz. Harmen Nuriqmar, Ss), Ustaz. Rahmat Saputra, Ustaz. Sayid. M. Shaleh, Ustaz. Muhammad Nasir, M.A, Ust. Imam Syafi'i, M.H, Ustazah. Ummi Habibatul Islamiyah, M.Pd.I, Ustazah Maulida, S.Pd.I, Ustaz. Muhammad Arief Ridha, Ust. Abdul Aziz, M.H.I, Ustaz. Mas ‘Adi, dan Ust Fathur Rusydi Amar, MA.

"Bagi masyarakat yang ingin mendaftar dapat melalui website www.pesantren.cyberdakwah.com dan www.bit.ly/daftar-rumi, atau juga boleh melalui nomor WhatsApp di: 082302340456," katanya.

Baca juga: Enam pelajar SD Aceh ikut FLS2N di Provinsi Banten

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020