Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Arzeti Bilbina menyarankan agar pihak terkait penanganan pandemi COVID-19 agar bisa menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

"Benar, setuju (dengan kata Direktur YPKKI (dr Marius Widjajarta), gunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat. mungkin bicara 'social distancing' dan 'phisycal distancing' itu yang hanya memahami satu dua orang saja," kata Arzti Bilbina pada diskusi daring di Jakarta, Senin.

Baca juga: Hasil "rapid test", 184 orang warga Sintang-Kalbar reaktif COVID-19
Baca juga: Tes cepat COVID-19 di pasar Mataram terkonfirmasi empat reaktif


Menurut dia dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti tentu hal itu akan membuat masyarakat lebih memahami pentingnya tindakan penanganan, pencegahan yang bertujuan untuk memutus rantai pandemi COVID-19 di Indonesia.

"Dengan memberikan informasi dan melibatkan masyarakat, mari kita memecah mata rantai, jangan menjadi rantai pandemi COVID-19," katanya.

DIrektur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia dr Marius Widjajarta menyebutkan pemerintah perlu menggunakan komunikasi bisa dipahami ketika menyampaikan informasi maupun edukasi tentang COVID-19 bagi masyarakat.

"Kalau bisa, kita menggunakan teori komunikasi yang benar, sekarang itu pejabat itu ngomongnya bahasa Inggris," kata Marius.

Menurut dia tidak seluruh masyarakat bisa mengerti dengan penggunaan istilah-istilah dari bahasa asing sementara penanganan pandemi sangat memerlukan pemahaman yang baik dari seluruh lapisan masyarakat.

"Teori komunikasi itu mestinya bahasa yang mudah dipahami. Supaya terjadi perubahan perilaku itu ada beberapa tahapan, orang melihat dulu, mendengar, mencoba, setelah itu baru terjadi perubahan perilaku, oleh sebab itu bahasa ini menurut saya perlu disederhanakan," ujarnya.

Baca juga: IDI-Persi sikapi rumah sakit Surabaya jadi rujukan pasien di Jatim
Baca juga: Kronologi evakuasi jemaah mushalla Baitul Muslimin terpapar COVID-19

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020