Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menganggarkan dana sebesar Rp5 miliar untuk kegiatan tahunan "World Class Profesor" atau WCP.

"Tahun ini anggaran untuk WCP hanya sekitar Rp5 miliar. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang anggarannya di atas Rp10 miliar," ujar Direktur Sumber Daya Kemendikbud, Dr Mohammad Sofwan Effendi, dalam telekonferensi di Jakarta, Senin.

Pelaksanaan WCP sepanjang 2017 hingga 2019 telah menghasilkan 379 publikasi bersama dengan dosen-dosen di Tanah Air.

WCP merupakan program yang mengundang profesor kelas dunia dari berbagai perguruan tinggi ternama dalam dan luar negeri sebagai profesor tamu, untuk ditempatkan di berbagai perguruan tinggi di Tanah Air.

Baca juga: Kemendikbud: WCP tidak hanya hasilkan publikasi

"Program ini dimaksudkan agar dosen hingga peneliti bisa berinteraksi dengan profesor ternama dunia, sehingga bisa meningkatkan kehidupan akademis, kompetensi, kuantitas dan kontribusinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi nasional.

Sejumlah kegiatan WCP di antaranya, menyiapkan sumber daya manusia program studi untuk mendapatkan akreditasi internasional, magang dosen di laboratorium profesor WCP, dosen tamu atau konsultan di perguruan tinggi pengusul, peer review untuk jurnal internasional di Indonesia, joint supervision bagi mahasiswa S2 dan S3 dan menjadi external examiner, pembicara atau penyaji, dan lainnya.

"Untuk tahun ini, WCP akan diselenggarakan pada November 2020," terang dia.

Baca juga: Kemendikbud: Peningkatan kemampuan nalar tinggi tidak bisa sesaat

Lama profesor tamu di Indonesia minimal 10 hari dan paling lama 28 hari. Ketua dan anggota tim pelaksana boleh ke perguruan tinggi WCP yang diundang.

Dia menjelaskan untuk tahun ini, hanya dilakukan seminar atau lokakarya di dalam negeri dan tidak menanggung biaya hidup, honor WC, transportasi, visa, dan asuransi.

Perguruan tinggi yang boleh mengajukan proposal hanya perguruan tinggi dengan akreditasi A, menuju ranking 500 dunia, dan memberikan pembiayaan bersama untuk mendatangkan profesor ke Indonesia.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020