Kekhawatiran Ferguson sempat menyeruak ketika Bayern unggul 10 menit setelah sepak mula leg kedua di hadapan publik Pittodrie, melalui gol Klaus Augenthaler, yang untungnya bisa disamakan oleh Neil Simpson enam menit jelang turun minum.

Keteledoran di lini belakang membuat Aberdeen tertinggal lagi ketika sundulan sapuan Alex McLeish terlalu lemah dan bisa dikonversi Johannes Christians Pfluegler untuk membawa Bayern kembali memimpin pada menit ke-61.

Tetapi, dua gol cepat membawa Aberdeen berbalik unggul ketika McLeish membayar dosanya pada menit ke-77 yang segera disusul gol penentu kemenangan oleh John Hewitt semenit kemudian.

"Bayern tiba-tiba membeku, sepenuhnya," kata McLeish mengenang momen tersebut dalam laporan BBC 9 Mei 2013.

"Kami tetap bersikap relaks dan dalam semenit mereka lengah dan satu dua pemain berkacak pinggang, bahkan kipernya," ujarnya menambahkan.

Aberdeen lolos ke semifinal dan mudah saja melewati wakil Belgia Waterschei Thor dengan kemenangan agregat 5-2, tetapi pengalaman Bayern seharusnya sudah menjadi tanda peringatan bagi Real Madrid dan Di Stefano.


Memindahkan Pittodrie ke Nya Ullevi

Tampil di final Piala Winners adalah pencapaian tertinggi Aberdeen kala itu, tentu saja para suporter mereka tak keberatan untuk menyeberangi Laut Utara untuk mencapai Gothenburg.

Sedikitnya 12 ribu suporter Aberdeen menyaksikan langsung partai final Piala Winners 1982/83 di Gothenburg. Dalam kata lain mereka memindahkan lebih dari separuh kapasitas Pittodrie ke Nya Ullevi malam itu.

Halaman selanjutnya: Antusiasme lebih rendah...

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2020