kami sebar ke seluruh puskemas supaya mengurangi kerumunan,
Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak 343 warga Kota Yogyakarta tercatat mendaftar untuk mengikuti rapid test massal sebagai salah satu upaya skrinning potensi penularan COVID-19 dari klaster baru yang muncul di DIY, yaitu dari supermarket Indogrosir.
 

“Jumlah warga yang mendaftar lebih sedikit dibanding alokasi rapid test yang kami siapkan, yaitu 700,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.
 

Warga yang mendaftar untuk mengikuti rapid test massal tersebut adalah pengunjung supermarket yang terletak di Jalan Magelang Kabupaten Sleman tersebut pada kurun waktu 19 April hingga 4 Mei. Temuan pertama kasus positif COVID-19 dari supermarket tersebut terkonfirmasi pada akhir April.
 

Menurut Heroe, pendaftar rapid test tersebut tersebar di seluruh kecamatan di Kota Yogyakarta, 14 kecamatan namun pendaftar terbanyak berasal dari Kecamatan Tegalrejo yaitu 93 orang. Kecamatan Tegalrejo merupakan wilayah yang paling dekat dengan supermarket tersebut dibanding 13 kecamatan lain di Kota Yogyakarta.
 

Seluruh pendaftar rapid test juga diminta menjawab berbagai pertanyaan saat melakukan pendaftaran secara online untuk menentukan status kesehatan awal. Dari pemeriksaan kesehatan mandiri, diketahui sebanyak 76 orang memiliki gejala COVID-19, sedangkan yang memiliki kontak dengan pasien sebanyak 267 orang.

Baca juga: 1.375 orang mendaftar uji cepat COVID-19 terkait klaster Indogrosir

Baca juga: Indogrosir Sleman jadi klaster baru penularan COVID-19 di DIY

 

“Kegiatan rapid test akan dilakukan di 18 puskesmas yang ada di Kota Yogyakarta. Proses pengujian pun harus dilakukan sesuai protokol COVID-19 dan diharapkan tidak ada kerumunan,” katanya.
 

Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta menyiapkan sejumlah skenario terhadap hasil rapid test tersebut, yaitu jika hasil negatif maka warga diminta melakukan isolasi mandiri dan mengikuti rapid test satu pekan kemudian.
 

Tetapi, jika hasil rapid test reaktif dan kondisi kesehatan baik, maka diminta melakukan isolasi mandiri serta memperoleh penanganan home care dari puskesmas serta menjalani uji swab.
 

Jika hasil rapid test reaktif dan kondisi kesehatan bagus tetapi tidak memiliki tempat isolasi, maka akan ditempatkan di Balai Diklat Kemensos dengan pemantauan dari tim dokter dan menjalani uji swab.
 

Jika hasil rapid test reaktif dan mengalami gejala secara klinis, maka harus menjalani perawatan di rumah sakit dan uji swab.
 

Saat ini sudah tersedia sebanyak 93 kamar isolasi di rumah sakit dan di Balai Diklat Kemensos tersedia 30 kamar. “Jika masih kurang, maka kami masih memiliki ruangan isolasi orang dalam pemantauan (ODP) dengan kapasitas 150 orang yang bisa digunakan,” katanya.
 

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya mengatakan, rapid test dilakukan di puskesmas untuk mencegah potensi kerumunan warga.
 

“Kalau dipusatkan di tempat tertentu maka potensi kerumunan warga diperkirakan tidak bisa dihindari meskipun sudah diatur jam kedatangan mereka. Makanya, kami sebar ke seluruh puskesmas supaya mengurangi kerumunan,” katanya.
 

Hingga Senin (11/5) pukul 16.00 WIB, jumlah pasien positif COVID-19 di Yogyakarta yang masih menjalani perawatan berjumlah 12 orang atau bertambah satu pasien yang berhubungan dengan klaster Indogrosir.

Baca juga: Tiga warga Bantul positif COVID-19 dari klaster Indogrosir Sleman
 

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020