Jakarta (ANTARA) - Lembaga medis dan kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) menyarankan sejumlah cara untuk meningkatkan keselamatan para tenaga kesehatan (nakes) saat menangani penderita COVID-19.

"(Ini) untuk mengembalikan percaya diri para nakes dan meningkatkan safety dalam pelayanan," kata pendiri, presidium sekaligus relawan medis MER-C dr. Yogi Prabowo, SpOT melalui keterangan pers MER-C yang diterima di Jakarta, Selasa.

Di tengah wabah COVID-19 yang menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat, dengan sebagian orang mematuhi protokol kesehatan sementara sebagian lainnya tidak, maka tenaga medis, yang berada di garda terdepan penanganan COVID-19, disarankan untuk tetap meningkatkan kewaspadaan guna mencegah kemungkinan penularan.

Baca juga: Gugus Tugas: Kita harus beradaptasi dalam beraktivitas saat pandemi

Mengingat sangat tidak nyamannya baju hazmat saat menangani pasien COVID-19, Yogi menyarankan para tenaga medis untuk menggantinya dengan baju dinas atau baju jaga yang lebih nyaman yang dicuci di rumah sakit.

Namun demikian, untuk meningkatkan keselamatan mereka, para tenaga medis disarankan untuk tetap menggunakan masker N95, face shield dan sarung tangan dalam praktik sehari-hari.

"Tetap membuka ruang rawat infeksi dengan tekanan negatif untuk rumah sakit yang mampu, atau bangsal perawatan khusus infeksi saja. Begitu juga untuk IGD agar dipisahkan perawatan infeksi dengan non infeksi," katanya.

Kemudian, rumah sakit juga disarankan untuk lebih rutin melakukan tindakan dekontaminasi ruang pelayanan guna mengurangi kemungkinan kontaminasi virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19, pada permukaan benda-benda yang ada di rumah sakit tersebut.

Baca juga: Dua warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli terkait COVID-19

Selain itu, rumah sakit juga disarankan untuk mewajibkan pasien dan pengantar mereka untuk menggunakan masker kain yang bisa dicuci kembali.

Baik tenaga medis dan pengunjung juga diimbau untuk meningkatkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun guna mencegah penularan virus melalui tangan.

Terakhir, Yogi menyarankan rumah sakit untuk memastikan tata udara yang memadai di setiap ruangan yang ada guna memperlancar sirkulasi udara.

Sementara itu, untuk menekan angka kematian pada pasien, MER-C menekankan perlunya rumah sakit untuk memperbanyak ruang ICU dan peralatan penunjangnya.

Tim penanganan dari berbagai multidisiplin ilmu juga, menurutnya, perlu dibentuk untuk menangani wabah COVID-19.

"Pastikan (juga) ketersediaan obat COVID-19 seperti remdesivir, chloroquin dan lain-lain," kata Yogi.

Kemudian, pelayanan IGD juga perlu diperkuat dari para petugas yang terdiri dari berbagai multidisiplin, selain juga perlunya memperkuat layanan ambulans dan prahospital.

"Pastikan alur diagnostik yang cepat sehingga (pasien) bisa cepat terdiagnosis," katanya lebih lanjut.

Sementara itu, untuk mengurangi kecemasan pada pasien dan keluarga yang terisolasi, rumah sakit dapat memberikan kesempatan bagi keluarga untuk membesuk pasien secara virtual, selain juga dengan menyediakan pusat informasi layanan COVID-19 dan melengkapi fasilitas seperti radio atau televisi bagi pasien-pasien yang tidak memakai ventilator.

"Sedangkan untuk pasien non-COVID-19, bisa mulai dibuka pelayanan poliklinik, IGD ataupun kamar operasi," kata Yogi.

Baca juga: Tingkat kesembuhan pasien positif COVID-19 di Riau capai 62 persen
Baca juga: Presiden minta evaluasi detil tren kasus positif baru COVID-19

Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020