Jakarta (ANTARA) - Peneliti bidang botani Dr. Nuril Hidayati mengatakan tanaman hiperakumulator atau tanaman yang dapat hidup di lingkungan yang tercemar, dapat menjadi solusi bagi upaya pembersihan lahan dari limbah beracun.

"Salah satu alternatif yang mudah dan ekonomis (untuk merehabilitasi lahan) ialah teknologi fitromediasi menggunakan tanaman hiperakumulator," katanya dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor riset di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan masalah pencemaran di Indonesia telah menimbulkan banyak kerugian, baik terhadap biaya kesehatan masyarakat, pariwisata, pertanian, kerusakan ekosistem hingga hilangnya keanekaragaman hayati.

Baca juga: PSBB sebabkan kualitas udara Jakarta lebih baik, sebut BMKG

Pencemaran lingkungan tersebut disebabkan oleh banyak sumber, antara lain limbah industri, limbah domestik, residu agrokimia hingga emisi kendaraan bermotor yang pada umumnya berupa logam berat.

Dari beberapa kelompok logam berat, merkuri (Hg), timbal (Pb) dan kadmium (Cd) merupakan jenis logam berat yang paling berpotensi menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat.

Dampak keracunan akibat pencemaran merkuri dapat menyebabkan keracunan hingga kematian pada manusia. Sedangkan keracunan timbal dapat mengakibatkan gangguan ginjal hingga penyakit akut.

Sementara itu, keracunan akibat kontaminasi kadmium pada jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker paru-paru, anemia, dermatitis, kerusakan ginjal, gangguan hati, kardiovaskular hingga degradasi tulang.

Oleh karena itu, di tengah banyaknya lahan yang sudah tercemar oleh limbah-limbah beracun, upaya rehabilitasi lahan dengan teknologi fitoremediasi, yaitu dengan memanfaatkan tanaman hiperakumulator, sangat penting untuk dilakukan guna membersihkan lingkungan dari kontaminasi limbah beracun tersebut.

Baca juga: Pemerintah diminta kendalikan pencemaran udara kurangi risiko COVID-19

"Sudah banyak dibuktikan bahwa tanaman hiperakumulator dapat menjadi solusi yang lebih ekonomis dibandingkan cara konvensional. Hal ini banyak dibuktikan dari aktivitas yang sukses dari inovasi teknologi fitoremediasi," kata Nuril.

Dalam teknologi fitoremediasi tersebut, pembersihan lahan dilakukan dengan menghilangkan kontaminan limbah beracun dengan dimediasi oleh tanaman hiperakumator melalui beberapa mekanisme antara lain dengan mekanisme fitoekstrasi, yaitu penyerapan polutan dan diakumulasikan ke dalam tanah.

Mekanisme pembersihan lainnya adalah dengan fitovolatilisasi, yaitu penyerapan secara volatil melalui transpirasi, fitodegradasi dengan penyerapan polutan dan dimetabolisme, fitostabilisasi dengan mentransformasi polutan di dalam tanah menjadi senyawa yang nontoksik dan phytomining, yaitu fitoekstraksi untuk fungsi penambangan logam.

Sementara itu, tanaman hipoakumulator yang banyak ditemukan di Indonesia dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk membersihkan lahan antara lain adalah tanaman kaso, talas liar dan eceng gondok dan lain sebagainya.

Baca juga: BNPB: Penggunaan merkuri untuk pertambangan berdampak bagi kesehatan
 

Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020