Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengimbau masyarakat di Tanah Air agar memiliki kesadaran kolektif dalam menghadapi pandemi COVID-19.

"Kita tidak lagi berpikir hindari kerumunan, tapi berpikir untuk tidak membuat kerumunan, Ini yang disebut kesadaran kolektif," kata Yurianto dalam jumpa pers di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Kalaupun memiliki kepentingan di suatu tempat secara kolektif, kata dia, maka sudah ditentukan jarak fisik setidaknya lebih dari satu meter. Ini merupakan salah satu tekad bersama secara kolektif untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Termasuk pula konsep melindungi diri sendiri yang semula berlaku orang per orang mulai dari menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker, sekarang sudah harus menjadi satu komitmen bersama.

Baca juga: Kelompok muda diberi kesempatan jalankan perekonomian saat COVID-19

Baca juga: Ada penambahan 231 orang sembuh dari COVID-19 sehingga total 3.518


Sebab pandemi COVID-19 telah memberikan dampak luar biasa pada semua segi kehidupan sehingga mutlak membutuhkan kerjasama yang semakin erat serta perubahan tata nilai yang harus lebih baru lagi dalam menghadapinya.

"Ini harus dijadikan komitmen bersama bukan hanya pemerintah, tapi seluruh lapisan masyarakat," kata dia.

Menurutnya, hal itu perlu dilakukan dalam kaitan tetap menjaga kehidupan normal yang baru dimana setiap orang tidak bisa lagi melakukan kegiatan dengan paradigma lama sebagaimana saat sebelum pandemi COVID-19.

Kebiasaan-kebiasaan baru perlu terus diterapkan dan masyarakat harus terbiasa dengan pola hidup bersih, sehat, menjalankan norma hidup yang baru serta beradaptasi dengan lingkungan saat ini.

"Mari kita tetap rasional, tidak kehilangan akal, tidak jadi panik dan tidak mudah menerima informasi yang tidak benar," ujarnya.*

Baca juga: Pemerintah sebarkan 6.300 cartridge pemeriksaan COVID-19

Baca juga: Pemerintah minta masyarakat hidup dengan tatanan baru selama pandemi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020