Itu bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata, dimanapun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp200 juta
Bandung (ANTARA) - Kolaborasi para peneliti dari Univesitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melahirkan kembali inovasi untuk penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil di Bandung Kamis mengatakan Jawa Barat yang melibatkan ilmuwan dan kampus dalam penanganan COVID-19 yang diinisiasi oleh Unpad dan ITB berhasil memproduksi dua jenis alat tes di luar PCR dan rapid test.

Baca juga: 56 WNA jalani tes cepat COVID-19 di Batam

"Yang pertama Rapid Test 2.0 kecepatannya sama seperti rapid test tapi akurasinya 80 persen," katanya.

Ia mengatakan rapid test yang selama ini digunakan hanya mendeteksi keberadaan benda asing di dalam tubuh melalui antibody, namun tidak spesifik ke virus.

"Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya ketemu," katanya.

Baca juga: Sejumlah pemuda di Jambi dijaring dan diuji cepat di tempat

Kang Emil mengatakan alat ini juga berbeda dengan rapid test normal dimana tak menggunakan tes daerah namun swab test dan dibandingkan dengan rapid test lain yang hanya mengetes benda asing di dalam antibody dan tidak spesifik ke virus.

"Jadi yang 2.0 ini menggunakan antigen, virusnya ketemu,” tuturnya.

Dia mengatakan alat ini rencananya akan diproduksi pada Juni mendatang sebanyak 5 ribu tes kit dan diproduksi Biotek di Jawa Barat dan selanjutnya 50.000 produksi akan dilakukan pada Juli.

Baca juga: Hasil tes cepat COVID-19, Kajari Kapuas Hulu dan jajaran nonreaktif

"Dan harganya lebih murah, maksimal Rp120.000-an, yang dulu Rp300.000,” tuturnya.

Penelitian Unpad dan ITB juga menghasilkan alat tes PCR baru yang tidak memerlukan pemeriksaan di laboratorium, melainkan cukup di laptop dan power suplai seperti aki motor yang bisa menghasilkan delapan sampel.

"Itu bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata, dimanapun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp200 juta,” katanya.

Kang Emil menilai dua alat yang bisa berkontribusi penting dalam penanganan COVID-19 ini merupakan sumbangsih para ilmuwan yang melakukan bela negara melalui keilmuannya.

"Jadi inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya.ada yang bela negara melalui perang COVID-19 melalui garis depan, itu dokter tenaga kesehatan ada yang bela negara dengan hartanya, ada yang dengan ilmunya. Saya mengapresiasi berterimakasih,” tuturnya.

Inovasi ini juga menguatkan Jabar menjadi provinsi paling progresif salam memproduksi alat biokteknologi lokal lewat dukungan BUMN dan kampus.

Provinsi Jabar bisa mengejar target 300 ribu dengan alat PCR sendiri Biofarma, dengan rapid test 2.0, SPR buatan Unpad, ITB dengan ventilator PT DI dan Pindad. Menunjukkan bangsa kira bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri.

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020